TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi penyekapan di jalan Pulomas Utara, Jakarta Timur, Selasa (27/12/2016), terbilang senyap.
Neli, Tetangga korban Dodi Triyono yang disekap dalam kamar mandi berukuran 1,5 meter x 1,5 meter, tidak mengetahui kegaduhan di rumah Dodi. Padahal, rumah Neli berada di sisi sebelah kanan rumah Dodi.
"Saya mau ambil kunci di mobil tadi pagi ada satpam ramai. Saya tanya, kenapa?" tanya Neli saat hendak keluar dari rumah.
Dodi dan keluarga menempati rumah nomor 7A. Rumah tersebut berwarna putih dengan dua lantai. Neli akhirnya baru mengetahui bila sang tetangga menjadi korban penyanderaan.
Ia lalu bersama sejumlah orang masuk ke kediaman Dodi yang tidak terkunci. Pagar rumah Dodi tidak terlihat rusak. Gembok pagar pun masih terpasang.
Neli lalu menuju kamar mandi pembantu yang disebut-sebut terdengar suara rintihan manusia. Sejumlah warga mencoba mendobrak pintu kamar mandi pembantu tersebut.
"Kamar mandinya di bawah tangga, memang sempit sekali. Biasanya itu dipakai pembantu," ujarnya.
Upaya membongkar kamar mandi tidak mudah. Sedikitnya satu jam dilakukan upaya pembongkaran pintu kamar mandi.
"Sempat dicoba buka dengan linggis, tapi tidak bisa. Mungkin akhirnya digergaji, saya tidak lihat sampai selesai dibuka, saya ngeri," kata Neli yang akhirnya memilih mundur lantaran takut.
Sukino, Komandan Satpam di kawasan perumahan Pulomas menyebut, sejak Senin (26/12/2016), kediaman Dodi terlihat lengang.
"Kelihatan kosong saja dari kemarin," kata Sukino.
Sukino yang ikut membongkar pintu kamar mandi tempat penyekapan, sempat memantau kamera pengintai (CCTV) di rumah itu.
Di bagian depan rumah saja, ada empat kamera yang terpasang.
"Ada empat, di luar ada dua, di dalam ada dua," katanya.
Ketika proses penyelamatan usai, laki-laki yang sudah bekerja sebagai satpam sejak 1988 sempat mencari alat perekamnya. Namun, ternyata sudah raib.
"Diangkat (diambil) perekamnya," katanya.
Dia menduga, hanya perekam itu satu-satunya barang yang tidak ada lagi di rumah tersebut. Pasalnya, tiga mobil milik Dodi masih terparkir, kuncinya pun masih ada.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono menduga pembunuh enam orang di rumah mewah di Jalan Pulomas Utara, Jakarta Timur, masuk ke rumah tersebut sejak Senin (26/12/2016) sore.
"(Pelaku masuk) sekitar jam 3 sore, kemudian kemarin pagi-pagi (kasus pembunuhan itu) baru diketahui temannya korban," ujar Argo.
Menurut Argo, pembunuhan tersebut pertama kali diketahui oleh Sheila Putri pada Selasa (27/12/2016) sekitar pukul 09.30 WIB.
Sheila merupakan teman dari Diona Arika (16).
Sheila sudah mencoba menghubungi Diona sejak Senin sore. Namun, tidak ada respons dari Diona. Padahal, keduanya berjanji akan jalan-jalan bersama. Keesokan harinya, kata Argo, Sheila memutuskan untuk ke rumah Diona.
"Tadi pagi (Sheila) ke sini ternyata enggak ada jawaban dan pintu tidak terkunci. Sampai dia masuk ke dalam, ada rintihan di kamar mandi. Karena cewek, dia takut, berlari, langsung ke mencari bantuan ke sekuriti," kata Argo.
Setelah mengadu ke sekuriti, akhirnya diputuskan untuk melapor ke polisi yang berada di Pos Kayu Putih. Kemudian, polisi menemani Sheila untuk mengecek keadaan di rumah Diona.
"(Ternyata) korban ada di dalam kamar mandi yang hanya ada full set ukuran satu setengah meter diisi 11 orang," paparnya.
"Setelah dibuka oleh anggota pos Kayu Putih, ada 11 orang. Enam orang dibawa ke rumah sakit dan lima orang yang meninggal di TKP," kata Argo.
Dari pendataan sementara, mereka yang meninggal ialah Dodi Triono (59), Diona Arika (16), Dianita Gemma (9), Amel yang merupakan teman anak korban, serta Yanto dan Tasrok yang merupakan sopir keluarga.
Sementara itu, Zanette Kalila (13) ditemukan masih hidup bersama Emi, Santi (22), dan Fitriani serta Windy, yang merupakan pembantu rumah tangga. (val/kps)