TRIBUNNEWS.COM - Netizen geram dengan ulah para perampok mereka juga sedih dengan kondisi Zanette Kalila Azaria (Anet) dan keluarga. Cerita Anet membawa kepedihan bagi banyak orang, Kamis (29/12/2016).
Bagaimana ketegaran Anet, bagaimana upayanya untuk bertahan hidup hingga beri semangat untuk anggota keluarga lainnya.
Melalui kolom komentar pada berita berjudul: Tak Kuat Bertahan Hidup Saat Penyekapan, Diona Sempat Melakukan Ini ke Anet banyak netizen yang terhanyut perasaannya pada peristiwa ini.
Sebagian besar mengutuk perbuatan para perampok, banyak yang berharap para perampok dihukum mati, bahkan ada yang menyarankan agar perampok ini mengalami penyiksaan terlebih dahulu.
Beberapa netter menyoroti tentang hukuman 15 tahun sesuai aturan perundang-undangan.
Sebagian besar tak rela kalau perampok hanya dihukum 15 tahun.
Selain itu tak sedikit yang beri tanggapan sengan emoticon menangis.
"Ga kuat bacanya..." Tulis akun Facebook dengan nama Bias Langit.
"Yg sabar ya dek jadi sedih baca beritanya," imbuh Preety Prizzta.
Kisah sedih Anet
Anet menyaksikan bagaimana kasus perampokan itu menewaskan ayahnya, Dodi Triono, serta dua saudaranya, Diona Arika (16) dan Dianita Gemma (9).
Para korban disekap di dalam kamar mandi berukuran 1,5 x 1,5 meter persegi.
Dalam kamar mandi itu, terdapat juga orang lain yang disekap, yakni Amel, teman korban, Yanto dan Tasrok yang merupakan sopir keluarga, kemudian Emi, Santi, Fitriani, dan Windy sebagai pekerja rumah tangga (PRT).
Total korban yang disekap di kamar mandi adalah 11 orang.
Dalam kasus ini, Amel, Yanto, dan Tasrok juga tewas.
Di balik peristiwa itu, Anet memiliki kisah tersendiri saat berada dalam situasi mencekam di ruang penyekapan yang sempit tersebut.
Anet berulang kali menguatkan semua korban.
Diona sempat menggigit Anet sebagai tanda dia tak lagi kuat bertahan hidup dalam ruang penyekapan.
Menghadiri pemakaman
Setelah peristiwa pahit yang dialami selama lebih dari 12 jam, Anet dengan tegar ikut mengantarkan ayah dan kakak-adiknya ke tempat peristirahatan terakhir di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Didampingi keluarga dan perawat, langkah Anet terlihat lemas di lokasi pemakaman tersebut.
Tangannya masih diperban.
Isak tangis Anet tak terbendung saat menyaksikan ayahnya dimakamkan.
Raut kesedihan terpancar jelas dari wajah Anet.
Anet beberapa kali terlihat menutup matanya sambil menangis.
Setelah ayah dan dua saudaranya dimakamkan, Anet dibantu keluarga menaburkan bunga di makam ketiga keluarganya itu.
Anet terlihat menyandarkan kepalanya pada keluarga yang mendampingi selama proses pemakaman tersebut.
Namun, dia tampak berusaha tegar dan menaburkan bunga.
Setelah mengikuti prosesi pemakaman ayah dan dua saudaranya, Anet kembali ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. (*)