TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Zanette Kalila Azaria (13) menjadi satu-satunya anak Dodi Triono dan Almyanda Saphira (mantan istri) yang lolos dari maut setelah perampokan sadis terjadi di rumahnya, Pulomas.
Menurut Saphira, selain dari medis, kehadiran dirinya dan orang-orang terdekat serta dukungan moril dari teman sepermainan banyak sedikit membantu pemulihan psikis Anet pasca-kejadian.
"Iya Alhamdulilah, banyaknya ucapan dukungan itu seperti obat buat Anet. Setiaknya itu buat dia merasa enggak sendiri. Banyak yang mendoakan dia, kakak, adik dan ayah yang sudah tiada," ucap Saphira seraya menitikkan air mata.
Saa ini sang ibunda berusaha semaksimal mungkin agar buah hatinya yang masih hidup itu tidak mengalami trauma mendalam.
Saphira pun berupaya agar menjauhkan Anet,-sapaan Zanette, dari pemberitaan kejadian di televisi, selama masa pemulihan fisik dan psikis di rumah sakit.
"Tv di kamar perawatan juga dimatikan supaya dia nggak ingat-ingat kejadian lagi. Kalaupun kita nonton tv, kita berusaha langsung ganti ke program acara kartun aja," ungkap Saphira saat ditemui di RS Kartika, Pulomas, Jakarta Timur.
Saphiran menceritakan, dirinya dan kerabat hanya membahas materi santai atau kegiatan sehari-hari kala mengobrol dengan Anet selama masa pemulihan di rumah sakit ini.
"Yang penting kita-kita berusaha tidak mancing-mancing untuk mengingat-ingatkan dia soal kejadian itu lagi meski dia lihat sendiri," ujarnya.
Selain beristirahat serta mendapat penanganan medis untuk fisik dan psikis, Anet kerap mengisi waktu dengan telepon genggamnya. Di antaranya berkomunikasi dengan teman-temannya lewat instagram.
"Lebih baik Anet lihat Instagram, lihat foto dan dukungan dari teman-teman supaya dia merasa dapat dukungan moril," ujarnya.
Terlepas itu, lanjut Saphira, Anet meski menjadi tuna rungu terbilang anak yang kuat dari sisi fisik dan psikis.
"Anet itu anak yang kuat. Meski ada trauma, sekarang dia sudah lebih baik. Dia anet anak yang kuat, enggak ada yang bagaimana-mana, dia stabil, enggak histeris seperti dibilang yang di luar," ujarnya.
Perampokan disertai penyekapan 11 penghuni di kediaman pengusaha Dodi Triono di Pulomas, Jakarta Timur, pada Senin, 26 Desember 2016, mengakibatkan enam orang tewas. Keenamnya ditemukan tewas sehari berikutnya karena kehabisan oksigen setelah disekap selama 18 jam di dalam toilet sempit berukuran 1,5x1,5 meter persegi tanpa ventilasi udara.
Keenam korban yakni, pemilik rumah, Dodi Triono (59); putri pertama Dodi, Diona Arika Andra Putri (16); putri ketiga Dodi, Dianita Gemma Dzalfayla (9); teman sekolah Gemma, Amel (9); serta dua sopir pribadi Dodi, Yanto (23) dan Tasrok (40).
Sementara, lima korban selamat yang turut disekap di toilet tersebut adalah putri kedua Dodi, Zanette Kalila Azaria (13); serta empat pembantu rumah tangga Dodi, Emi (41), Nursanti (22), Fitriani (23) dan Windy Astuti (23).
Kepolisian sudah berhasil menangkap pelaku perampokan yang menewaskan enam korban tersebut. Pelaku terdiri dari empat orang dipimpin residivis perampokan rumah mewah, Ramlan Butarbutar. Tinggal satu pelaku yang masih dalam pengejaran petugas.