Laporan Wartawan Wartakota, Panji Baskhara Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Amirulloh Adityas Putra (18), taruna tingkat satu Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, tewas akibat tindak kekerasan dari sejumlah seniornya.
Peristiwa terjadi di Kampus STIP Lantai II Gedung Dormitory Ring 4 Kamar M205, Jalan Marunda Marunda Makmur, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (10/1/2017).
Baca: Ada Taruna Meninggal, Ketua STIP Dinonaktifkan
Korban yang merupakan warga Jalan Warakas III Gang 16 RT 07/014 Kelurahan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, dipukul di bagian dada, perut, dan ulu hati, hingga tewas oleh senior tingkat II.
Peristiwa berawal ketika senior di tingkat II sedang asyik berkumpul.
Baca: Anak Didiknya Dikeroyok Senior Hingga Tewas, STIP Serahkan ke Polisi
Sekitar pukul 17.00 WIB usai latihan marching band, salah satu senior di tingkat dua sekaligus pelaku, Sisko Mataheru (19), mengajak berkumpul untuk mengerjai para junior di tingkat satu.
Kasus berawal pada pukul 17.00 WIB, usai latihan giat drum band. Salah satu pelaku, yakni Sisko Mataheru, ajak berkumpul rekannya yang juga ada di tingkat II.
"Sisko berencana mengerjai junior di tingkat satu yang merupakan basis alat drum atau tam-tamnya. Kemudian sekitar pukul 22.00 WIB, sebanyak enam taruna tingkat I tersebut dipanggil oleh para pelaku agar segera berkumpul di lokasi kejadian," ungkap Kanit Reskrim Polsek Cilincing AKP Andre Soeharto, Rabu (11/1/2017).
Andre memaparkan, para taruna di tingkat II selain Sisko, juga berada di lokasi kejadian, yakni Willy Hasiholan (20), Inswanto (21), dan Akbar Ramadhan (20). Keempat taruna tingkat II tersebut, lanjut Andre, langsung melakukan tindak kekerasan.
"Ada enam orang taruna tingkat I yang disuruh berkumpul oleh empat pelaku, yang merupakan seniornya di tingkat II tersebut."
"Saat para enam taruna tingkat I itu sudah di lokasi kejadian, keempat pelaku ini malah langsung memukul seluruh tubuh para juniornya. Tanpa perlawanan, junior-juniornya saat itu hanya bisa diam ketika para seniornya memukuli tubuhnya berkali-kali," papar Andre.
Andre mengatakan, aksi kekerasan yang dilakukan empat pelaku tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan bergantian.
Tindak kekerasan dilakukan empat senior ke juniornya itu, kata Andre, hanya menggunakan tangan kosong, dengan target perut hingga ke ulu hati.
"Saat tindak kekerasan itu terjadi, terjatuhlah Amirulloh ini tepat di depan para seniornya di tingkat II itu. Amurilloh terjatuh membuat para seniornya panik, sementara lima junior lainnya masih terlihat kesakitan saat itu. Amirulloh terjatuh karena perut, dada, serta ulu hatinya mendapat pukulan berkali-kali yang dilakukan bergantian. Pukulan terakhir diketahui oleh salah satu pelaku yang bernama Willy," tutur Andre.
Melihat Amirulloh tak sadarkan diri, tambah Andre, Willy mengatakan ke Amirulloh bahwa mereka sama-sama tinggal di Kecamatan Tanjung Priok. Saat itu, tubuh korban ambruk di dada Willy dan tak sadarkan diri.
Pada pukulan terakhir, dilakukan oleh pelaku bernama Willy dan sambil berkata 'Sama-sama Anak Priok, kok'. Tapi Amirulloh ketika itu tetap tak sadarkan diri.
"Selanjutnya, oleh para pelaku bersama saksi lainnya di lokasi, menggotong tubuh Amirulloh ke tempat tidur. Para pelaku pun panik, dan selanjutnya langsung menghubungi seniornya yang di tingkat IV," beber Andre.
Kapolsek Cilincing Kompol Ali Yuzron menambahkan, korban yang saat itu tak sadarkan diri, langsung dibawa oleh para pembina dan piket medis di STIP. Sekitar pukul 01.45 WIB, maut sudah merenggut nyawa Amirulloh.
"Mengetahui kondisi korban ini tidak bernyawa, setelah diperiksa dokter piket STIP, kejadian itu selanjutnya dilaporkan ke Polsek Cilincing.
Sampai saat ini, masih kami dalami motif empat pelaku ini tega melakukan kekerasan terhadap juniornya. Saat ini keempatnya pun sudah ditahan. Kejadian ini, merupakan insiden yang ketiga kalinya, yang sebelumya terjadi pada 2012 dan 2013.