TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Amarulloh (18) mengaku tidak menyangka atas kematian adik kembarnya Amirulloh (18) yang tewas, lantaran mendapat tindak kekerasan oleh lima seniornya.
Dikatakan Amarulloh, sebelum Amirulloh tewas pada Rabu (11/1/2017) dinihari tadi, malam harinya yaitu Selasa (10/1/2017) sempat memandangi foto adiknya saat berseragam lengkap.
"Ketemu sama dia (Amirulloh) itu di hari Minggu (8/1/2017) lalu ya. Di situ, saya sama dia ngobrol-ngobrol sama dia terkait asramanya," kata Amarulloh saat diwawancarai di depan rumahnya di Jalan Warakas III gang 16 RT 007/014 Kelurahan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (11/1/2017) sore.
Pada Selasa malam sebelum dirinya tidur, kata Amarulloh, sesaat dia terus memerhatikan foto adiknya.
Foto itu menampilkan adiknya dengan seragam lengkap. Itu Selasa malam, sebelum Amirulloh tewas.
Pada pukul 03.00 WIB, dinihari tadi Amarulloh mendapat kabar dari pihak STIP, bahwa Amir sudah tiada.
Amarulloh menceritakan terkait adiknya itu yang diketahui pendiam. Dikatakan Amarulloh, dirinya sempat mendapati perut adiknya memar ketika adiknya membuka baju.
"Sebelum kejadian ini, sempat saya melihat secara enggak sengaja perut dan dadanya (Amirulloh) memar dan seperti biru lebam gitu. Langsung lah saya tanya 'Itu kenapa kayak begitu'. Dia jawab'Kalau mau ngambil organisasinya drum band ya harus begini' kata dia begitu ke saya. Saya kasihan melihat dia sebenarnya," kata pria yang saat ini bersekolah di Akademi Maritim Indonesia (AMI).
Amarulloh mengaku shock. Menurut Amarulloh, jika sang adiknya sempat menceritakan akan kekesalan terhadap ke salah satu seniornya yang berinisial I (Iswanto), dan sudah menjadi tersangka.
"Ada, dia pernah cerita katanya kesal sama seniornya yang berinisial I (Iswanto) dan sudah menjadi tersangka. Si Adik saya ini memang sering diisengin dan mendapat perilaku yang tidak baik oleh si I, ke adik saya," ungkapnya.