TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ibunda mendiang Tri Aryani Puspo Arum (23), yakni Sri Ratna (53) menyatakan anak bungsunya sempat menceritakannya bahwa rumah kos tempat tinggalnya yang lama, dipantau oleh seorang pria misterius.
"Arum pernah cerita di kosan dia yang lama sempat mergoki cowok di dekat motor. Begitu Arum keluar dia kaget dan kabur," kata Ratna di RSCM.
Ayah korban, Hasyim Efendi membenarkan hal tersebut, bahkan pria itu diduga telah menukar sparepart motor milik Arum dengan barang bekas.
"Ya mas, jadi dia itu nuker barang bekas apa gitu ke motor Beat anak saya. Begitu saya bawa bengkel itu bukan bawaan dari pabrikannya," kata Hasyim.
Atas dasar itulah, Arum memutuskan untuk pindah ke tempat kos yang baru.
Rumah kos Arum yang lama terletak tak jauh dari yang baru di Jalan H Asmat Ujung, Perumahan Kebon Jeruk Baru, Jakarta Barat.
Sebelumnya di kos yang lama, Arum tinggal ditemani seorang temannya.
Sedangkan di tempat yang baru, Arum hanya tinggal sendirian.
"Kalau yang baru ini dia sendirian. Tadi ada info semalam juga ada pria yang datang ke kos Arum," tutur Hasyim.
Usai dibawa ke RSCM, jasad Tri dibawa ke rumah duka di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur.
Tri Aryani Puspo Arum ditemukan tewas bersimbah darah di rumah kosnya kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB.
Jasad Tri ditemukan oleh pacarnya yang bernama Zainal Abidin.
Tri sempat dibawa ke RS Siloam oleh Zainal, tapi nyawanya tak terselamatkan.
Tri mengalami luka tusuk di bagian leher. Sempat ada suara keributan sebelum Tri ditemukan tewas.
Suara keributan itu terdengar hanya setengah jam sebelum Tri ditemukan tak bernyawa.
Kamar Tri berada di lantai dua. Bagian paling ujung. Kos masih sepi pagi itu.
Penghuni kos lainnya ada yang masih tidur dan setengah terlelap.
Salah satunya seorang warga negara Nigeria bernama Ezeugwu Clivert (31) yang sedang setengah terlelap.
Kamarnya persis bersebelahan dengan kamar korban. Dia terbangun karena pacarnya meneleponnya.
Saat itulah, sekitar pukul 07.17 WIB, Clivert mendengar ada dua suara di dalam kamar korban.
"Satu suara terdengar tinggi dan satu suara lainnya rendah," kata Clivert kepada wartawan, di Polsek Kebon Jeruk.
Dia menyebut suaranya seperti kedua orang yang sedang cekcok. Diakhiri dengan semacam suara rintihan.
Clivert memperkirakan kedua suara itu terdengar seperti sama-sama suara perempuan.
"Tapi saya tak berani memastikan, karena baru setengah terbangun," kata Clivert.
Setelah suara ribut-ribut, barulah Hernita Amalia (21) datang ke kamar korban, sekitar pukul 08.00 WIB.
Hernita ini rekan kerja korban di sebuah perusahaan Air Conditioner (AC). Rumahnya tak jauh dari rumah kos korban.
Sejak pukul 07.00 WIB Hernita masih berkomunikasi dengan korban. Menanyakan soal akan pergi bersama ke tempat kerja atau tidak.
Di jam itu korban menyebut ingin pergi bersama Hernita.
Lantaran tak menjawab lagi saat dikirimi pesan singkat, Hernita pun memilih menyusul ke rumah kos itu.
Di saat yang sama, pacar korban Zainal Abidin juga terus menerus menelepon korban tapi tak dijawab.
Makanya Zainal menghubungi Hernita dan memintanya untuk mengecek. Makanya Hernita pergi menengok rekannya itu.
Clivert menggambarkan Hernita datang, mengetuk pintu kamar, membuka pintu kamar, lalu keluar sambil menelepon dengan panik.
Clivert mengaku melihat itu dari jendela kamarnya dengan cara mengintip.
Setelah itu baru pacar korban Zainal Abidin datang bersama beberapa rekan kerjanya yang lain dengan sebuah mobil.
Kamar Clivert digedor dan dimintai bantuan untuk mengangkat jasad korban.
Korban kemudian diangkat ke mobil dan dibawa pergi ke RS Siloam.
Dosen Kaget
Arief Suwandi Dosen kuliah Tri Ari Yani Puspo Arum (22) di Universitas Esa Unggul kaget mendengar kabar mahasiswinya tewas dengan luka tusuk.
Arief mengatakan, di bangku kuliah Tri Arum dikenal aktif dan tidak punya masalah dengan kegiatan perkuliahannya.
"Saya kaget loh, soalnya baru kemarin iya kan, kalau bimbingan ramai-ramai. Kalau kemarin tuh dia sekitar tujuh orang lah (bimbingannya)," ujar Arief.
Arief mengatakan, seharusnya Tri Arum mengikuti UAS pada pekan depan. Arief menambahkan, Tri adalah mahasiswi semester 1 teknik industri.
"Kita tiga kali pertemuan dalam satu semester harus ketemu sama dosen pembimbing. UTS sudah, KRS sudah, tinggal UAS kemarin tuh, kan UAS-nya sudah Minggu depan, kemarin tuh dia ramai-ramai bimbingan," ucapnya.
Arief mendapat kabar Tri Arum tewas dari mahasiswanya. Dia juga memberi tahu ke rektor Universitas Esa Unggul mengenai kematian Tri Arum.
"Saya langsung forward ya (ke rektor), kebetulan mahasiswa tersebut NIM-nya mahasiswa industri. Dia (rektor) balas supaya kita koordinasi dengan bagian kemahasiswaan, kita mau kirimin ucapan atau karangan bunga bela sungkawa," ujarnya.
Barang Hilang
Polisi masih menyelidiki kematian Tri Ari Yani Puspo Arum (22), mahasiswi Universitas Esa Unggul yang diduga jadi korban pembunuhan.
Polisi menyebut ada sejumlah barang milik korban yang hilang.
"Ada barang korban yang hilang, kita masih cek apa saja," ujar Kasat Reskrim Polres Jakarta Barat AKBP Eko Hadi Santoso.
Dari informasi yang dihimpun, barang milik Tri Arum yang hilang di antaranya telepon seluler, dompet, dan laptop.
Namun polisi belum dapat menyimpulkan Tri Arum adalah korban perampokan.
"Kami belum bisa menyimpulkan apakah korban perampokan atau bukan. Bisa saja dia dibunuh, kemudian dibuat seolah-olah dirampok," imbuh Eko.
Polisi saat ini masih memeriksa sejumlah orang sebagai saksi di Polsek Kebon Jeruk. Saksi-saksi itu di antaranya Zainal Abidin, pacar korban yang pertama kali menemukan Tri Arum.
"Korban sempat dihubungi pacarnya karena sudah siang belum datang (ke kampus). Terus pacarnya ke kosan korban dan menemukan korban sudah berlumuran darah," jelas Eko.
Saksi lainnya adalah seorang warga negara Nigeria bernama Ezeugwu Clivert (31). Clivert adalah tetangga kos korban. (gle/ote/wly)