TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Awal Chairuddin yakin aksi kekerasan yang menimpa taruna tingkat I di Sekolah Tinggil Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Amirulloh Adityas Putras (18), merupakan budaya tersendiri yang kerap dilakukan siswa di sekolah tersebut.
"Jadi para seniornya ini ingin menyerahterimakan, berupa alat drum band atau tam-tam ke juniornya, terutamanya si korban (Amirulloh). Sangat disayangkan, bukannya dibuat semakin pandai, malah korban dibuat (dianiaya) seperti itu. Ini memang budayanya mereka," tegas Awal saat ditemui di Ruang Rupatama Lantai III Polres Metro Jakarta Utara, pada Rabu (11/1) siang.
Dikatakan Awal, empat pelaku yaitu Willy Hasiholan (20), Sisko Mataheru (19), Iswanto (21), Akbar Ramadhan (19), terbukti melakukan penganiayaan ke Amirulloh lewat tangan kosong dan mengenai dada, perut, hingga ulu hati.
Sementara satu pelaku lainnya, yakni Jakario (20), saat kejadian itu tak ikut serta menganiaya Amirulloh. Tapi dia menganiaya kelima teman Amirulloh.
"Kejadian di sebuah Gedung Dormitory Ring IV yang kami ketahui semacam mess atau tempat tinggal para taruna ini di STIP. Namun di lokasi penganiayaan tidak ditemukan itu terpasang kamera Close Circuit of Television (CCTV)," kata Awal.
Awal melanjutkan,"Bibir bagian bawah dalamnya terdapat luka lecet, organ dalamnya rusak, dan di dalam jatung dan paru-paru terdapat gumpalan pendarahan.
Di lambung si korban, juga didapati ada semacam cairan kehitaman, dan kami duga itu sisa minuman yang diminum oleh korban itu dan korban juga negatif narkoba," tambahnya.
Warta Kota/Panji Baskhara Ramadhan