TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tewasnya Amirulloh Adityas Putra (19), siswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) yang dianiaya seniornya, meninggalkan cerita tersendiri bagi saudara kembarnya, Amarulloh.
Dede, seorang tetangga korban tak menyangka cerita Amar merupakan sebuah pertanda bahwa Amir akan pergi selamanya.
Baca: Inilah Firasat-firasat Amar Sebelum Saudara Kembarnya Tewas Dianiaya Senior
"Amar cerita, di hari terakhir itu dia antar si Amir ke asramanya pas hari Minggu (8/1/2017). Pas di jalan, masih di motor, si Amir bilang "Mar, doain gue ya biar bisa ketemu keluarga lagi". Tapi si Amar enggak paham, masih belum ngeh kalau itu pertanda kali ya," kata Dede di Jalan Warakas Gang 16, Jakarta Utara.
Dede dan para tetangga juga tak menyangka cerita tersebut menjadi percakapan terakhir Amir dengan saudara kembarnya, Amar.
"Sedih banget lihat Amar, diam saja, nangis. Tadi juga pegangin foto Amir tangannya sampai bergetar," kata Dede.
Amirulloh juga dikenal warga di rumahnya sebagai pribadi yang aktif dan baik.
"Dia (Amir) orangnya ramah banget, dikit-dikit kalau ketemu tetangga pasti senyum. Orangnya kalem, enggak pernah neko-neko," kata seorang tetangga korban, Aliyah (50), warga Warakas, Jakarta Utara.
Aliyah mengatakan Amir merupakan anak yang aktif dalam organisasi di wilayah pemukimannya.
"Dia aktif di Karang Taruna. Tapi bedanya dia sama anak-anak lain, kalau anak lain suka cengengesan, ngomongnya keras, kalau Amir mah nggak begitu. Diam saja dia tapi memang berbaur sama warga," kata Aliyah.
Tetangga lainnya, Halimah, juga bercerita saat terakhir kali melihat Amir.
"Amir waktu hari Sabtu kalau enggak salah pacarnya datang ke rumah, tapi sama kita ya tetap negur. Dari bayi dia di sini, sama kembarannya memang baik anaknya," kata Halimah.
Sebagai tetangganya, ia mengaku sangat kehilangan.
"Banyak yang kehilangan, apalagi teman mainnya Amir di sini, nggak nyangka semua. Soalnya anaknya ramah banget dari dulu," kata Halimah sambil menahan air mata.
Tidak Ada CCTV
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol M Awal Chairuddin menerangkan tak ditemui adanya perangkat kamera Closed Circuit of Television atau CCTV terpasang di lokasi Amirulloh Adityas Putra (18), saat mendapat tindak kekerasan yang dilakukan oleh kelima seniornya taruna tingkat II itu.
"Khusus di lokasi kejadian itu, pihak kepolisian tak ditemui adanya beberapa perangkat CCTV yang terpasang. Alhasil, kami melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi yang di lokasi kejadian saat itu. Memang sekolah itu ada CCTC-nya namun hanya di lokasi kejadian saja yang tidak dipasang," kata Awal.
Dituturkan Awal, apabila pihaknya hingga kini masih terus mendalami motif kelima tersangka, antara lain yaitu Sisko Mataheru (19), Willy Hasiholan (20), Iswanto (21), beserta Akbar Ramadhan (20) dan Jakario (20).
Diterangkan Awal, Jakario tidak melakukan penganiayaan Amirulloh melainkan menganiaya kelima teman Amirulloh di lokasi.
"Jakario ini memang tidak terlibat kematian Amirulloh tapi turut serta melakukan penganiayaan terhadap lima teman Amirulloh di lokasi. Kami masih mendalami motif kejadian ini, namun saya yakin aksi yang mereka lakukan semata-mata hanya memberikan respect atau pendekatan secara emosional saja ke juniornya," katanya. (Bas/ike/wly)