TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sitti Aminah (41), ibu kandung Amirullah Adityas Putra (18), menolak tawaran Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi agar Amarulloh, saudara kembar Amirullah, masuk ke Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda.
Sitti melarang keras Amirulloh untuk masuk ke STIP.
Baca: Komisi V DPR Rekomendasikan STIP Ditutup Sementara
"Saya bilang ke Amar, tidak usah!" kata Sitti saat ditemui di rumah duka di Jalan Warakas III gang 16 RT 07/14, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (12/1).
Amirullah Adityas Putra adalah taruna tingkat pertama di STIP yang tewas lantaran dianiaya sejumlah seniornya, Selasa (10/1) malam. Lima tersangka ditangkap dalam kasus tersebut.
Diketahui, Amarullah sempat mendaftarkan dirinya untuk dapat bersekolah di STIP, namun tak lulus lantaran bagian giginya ditemukan ada yang berlubang.
"Saya tidak mau anak saya ini (Amar) menjadi korban STIP lagi. Cukup satu saja. Saat ini pun saya belum ikhlas terkait kepergian Amirullah. Saya bilang ke Amarullah tidak perlu kamu sekolah di STIP," katanya.
Sitti mengungkapkan, mendiang Amirullah sebenarnya berangan-angan menjadi nakhoda kapal. Namun semua itu pupus lantaran Amir meregang nyawa setelah mendapat kekerasan fisik dari seniornya di tingkat II STIP.
Sitti menuturkan rasa kecewanya ke pihak STIP. Penolakan Sitti atas tawaran Menhub membuat kakak kembar korban, Amarullah, hanya bisa bengong.
"Cukup Amirullah saja (yang menjadi korban). Orang mau sukses enggak perlu lah dari STIP segala. Makanya dari itu saya melarang Amar. Malah, dia bengong," kata Sitti.
Dia mengaku takut apabila Amarullah tetap berkeinginan masuk ke STIP sesuai tawaran Menhub Budi Karya, Rabu (11/1), malam.
"Amir ini anak yang soleh, berbakti, tidak pernah mengeluh sedikit pun. Bahkan dia (Amirullah) mendapat kekerasan di sekolahnya saja hanya diam. Meski dijamin Amarullah bisa masuk ke STIP, saya langsung tolak. Tetap tak mau jikalau Amarullah ke STIP," katanya.
Belum ikhlas
Sitti Aminah hingga detik ini masih belum ikhlas dan tak menyangka anak ketiganya, Amirullah, begitu cepat bertemu Sang Maha Pencipta.
Sitti bahkan mengaku ingin menanyakan ke para pelaku yang sudah menganiaya Amirullah dengan memukul dada, perut, serta ulu hatinya, hingga tewas.
"Saya ingin tanya saja sama mereka, kenapa tega sekali ke anak saya? Sekolah ya sekolah saja, jangan sampai ngilangin nyawa anak saya. Ngilangin impian anak saya itu Mas," ucapnya dengan nada emosi.
Hingga kini, dikatakan Sitti, belum ada satupun para pelaku mengucapkan maaf ke pihak keluarga korban. "Sampai sekarang ini belum ada," ujarnya.
Terancam ditutup
Sementara itu, penganiayaan terhadap Amirullah Adityas Putra berbuntut panjang. Sekolah pelayaran ternama itu bahkan terancam ditutup.
Hal tersebut diterangkan oleh Ketua Komisi V DPR RI, Fary Djemi Francis. Menurutnya pihaknya telah membuat suatu kesepakatan dan memberikan sebanyak tiga opsi ke pihak STIP tersebut.
"Baru 2014 lalu kekerasan hingga berujung kematian telah terjadi di kampus ini. Bahkan, kami sudah membuat suatu kesepakatan agar tidak terjadi lagi. Namun nyatanya? Kali ini terjadi lagi di tahun 2017," katanya saat ia menyambangi STIP, Kamis sore.
"Ada tiga kemungkinan ya pertama ditutup karena adanya tindak kekerasan yang terus-terusan berulang. Kedua STIP dapat ditutup sementara, tetapi para taruna sementara itu dititipkan di STIP yang terdekat. Terakhir, STIP tetap untuk beroperasi namun dengan pembinaaan serta pengawasan yang sangat ketat. Itu saja," katanya.
Sementara itu, Nancy selaku Kepala Humas STIP menanggapi ancaman dari Komisi V DPR tersebut.
"Ancaman bisa terjadi ya bisa tidak. Biarkan saja dari pihak berwenang yang dapat menimbang, dan memutuskan hal itu. Terima kasih," tulis Nancy melalui pesan singkatnya.
Sementara Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Awal Chairuddin menerangkan pihaknya menduga pelaku akan tindak kekerasan yang menganiaya Amirullah, bertambah. (bas)