TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Petugas Harian Lepas (PHL) Kebersihan, mencurigai adanya permainan dalam perekrutan di masa kerja 2017.
Pasalnya, banyak kerabat sekretaris kelurahan (sekel), yang dipekerjakan. Sementara, PHL yang telah belasan bahkan puluhan bekerja, justru diputus kontrak kerjanya.
Seperti diketahui, wewenang perekrutan PHL awalnya dilakukan terpusat oleh Dinas Kebersihan DKI.
Namun, pada awal tahun 2017 ini, wewenang perekrutan PHL tersebut dilimpahkan ke sekretaris kelurahan (sekel) di masing-masing wilayah.
Salah satu PHL Kebersihan, Joko (50) mengaku, dia telah 20 tahun bekerja sebagai petugas kebersihan.
Namun, ia sangat kaget, ketika namanya tidak tertera di daftar nama PHL yang lolos tes.
"Padahal , aya sudah 20 tahun kerja dan baik-baik saja. Tapi tahun ini malah nggak lolos tes. Malah, memilih orang-orang baru, curiganya itu kerabatnya yang merekrut," kata Joko saat mengadukan pemutusan kontrak kerjanya kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (17/1/2017).
Pasalnya, ia mendapatkan daftar nama, yang sudah ditandai, akan lolos seleksi. Padahal, saat itu proses seleksi belum dilakukan.
"Padahal, PHL yang baru-baru itu banyak dikomplain warga karena kerjaannya nggak beres. Mereka kebanyakan cuma absen saja, kerjanya cuma duduk-duduk," kesalnya.
Joko mengaku telah memenuhi seluruh persyaratan. Termasuk, syarat minimal pendidikan SMP.
"Saya ini lulusan STM. Jadi syarat apa lagi yang saya tidak penuhi? Saya cuma minta dipekerjakan lagi," katanya.
Sementara itu, Sumarsono menegaskan akan memecat sekel, jika terbukti adanya permainan dalam perekrutan.
Pasalnya, ia mencurigai memang adanya kecurangan perekrutan setelah kini wewenangnya diserahkan ke sekel.
"Yang melakukan akan kami berhentikan. Termasuk yang menerima pungli ada bukti ya sudah pasti akan kami berhentikan. Pokoknya ada sanksi lah kalau memang sanksinya kecil, ya mungkin bisa kita turunkan pangkat sampai ke pemberhentian. Bagi yang nyogok tadi diterima, langsung hari itu SK (Surat Keputusan) kami batalkan, rekrut yang baru," tegas Sumarsono.
Namun, ia sudah melihat sistem kecurangan perekrutan tersebut. Dengan seakan-akan tidak melibatkan sekel.
"Tapi umumnya yang terjadi, mereka yang menggunakan, yang narik (sogokan) itu koordinator PHL. Jadi pintu masuknya satu. Yang lain tidak komunikasi dengan sekel," katanya. (Mohamad Yusuf)