Preman-preman itu menunjuk Rumina memakai golok sambil memintanya melepas lapaknya aksesoris miliknya.
Rumina buru-buru membereskan lapaknya, lalu pergi. Dia tak jadi berdagang dan mengaku kapok kembali ke Jalan Kunir.
"Disitu banyak preman yang membekingi pedagang liar," kata Rumina ketika ditemui Wartakotalive.com di tempat yang sama.
Bahkan, kata Rumina, ada sejumlah aparat dan mantan anggota TNI yang ikut membekingi pedagang liar di Kota Tua.
Preman, aparat, dan mantan anggota TNI mengutip bayaran harian, mingguan maupun bulanan dari pedagang liar.
Akibat intimidasi, sebanyak 78 PKL resmi memilih kembali ke Jalan Cengkeh. Sore tadi, Minggu (12/3/2017), PKL resmi kebingungan soal nasib mereka.
PKL di Jalan Cengkeh diminta pindah lantaran permintaan pelaksana pembangunan pusat PKL disana.
Pelaksana dari PT Ciriajasa Cipta Mandiri meminta hal tersebut lantaran menganggap keberadaan PKL di Jalan Cengkeh yang tengah dibangun sebagai gangguan.
Bahkan PT Ciriajasa Cipta Mandiri beralasan keberadaan PKL di Jalan Cengkeh yang membuat keterlambatan pengerjaan pembangunan pusat PKL disana.
Tadinya pembangunan semestinya rampung pada April 2017 ini. Tapi sampai awal Maret pengerjaan baru sebataa pondasi. Makanya pelaksana meminta perpanjangan waktu sampai akhir Mei atau awal Juni mendatang.
Pusing Semua
Akibat lambatnya pekerjaan PT Ciriajasa Cipta Mandiri, kini semuanya pusing.
Koordinator PKL Jalan Cengkeh (PKL resmi), Budi Prawira, mengatakan, pihaknya tak mau disatukan dengan PKL liar. Sebab sudah jelas PKL liar mengintimidasi.
Budi mengatakan, jalan satu-satunya harus dengan memisahkan lokasi berdagang PKL liar dan pedagang resmi.