Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Politik Arbi Sanit menilai gaung Pilkada DKI Jakarta sampai dunia internasional.
Hal itu dikarenakan adanya penggunaan isu agama dalam Pilkada DKI Jakarta.
Arbi melihat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bukan jadi sasaran utama.
"Ahok hanyalah sasaran antara, semua gerakan melawan Ahok hanya secara formal memakai Pilkada."
"Dibalik formalitas mau menghidupkan negara agama. Ini yang saya baca," kata Arbi dalam diskusi 'Makin Ketat di Putaran Kedua: Kok Masih Main SARA?' di D' Hotelz Jakarta, Rabu (29/3/2017).
Menurut Arbi, bila demo-demo tersebut tidak diantisipasi baik maka akan membangun negara agama.
Ia menyebut polisi bisa mengontrol aksi demonstrasi 212 sehingga dibelokkan menjadi aksi salat.
Baca: Nurcholish Madjid Society Tak Sependapat Soal Aksi 313
Baca: Wiranto: Aksi 313 Boleh Saja, Hanya Harus Ada Aturan
"Ada tuduhan makar, tampaknya menerima pengarahan dari aparat. Ini cukup cerdik, walaupun kita enggak tahu apa makar itu ada," kata Arbi.
Arbi mengatakan penolakan Ahok telah muncul saat Mantan Bupati Belitung Timur itu naik sebagai Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo.
Arbi mengatakan sejak saat itu terbangun dua kekuatan yang saling berhadap-hadapan yakni nasionalis dan politik sosial agama.
Arbi juga mengingatkan kasus Ahok yang sudah disidangkan di Pengadilan Jakarta Utara.
Keputusan kasus Ahok menimbulkan dampak yang tidak kecil.
"Ahok serba salah, meskipun menang tapi kalah di pengadilan, tapi menang pengadilan kalah di pilkada," katanya.
"Kalau menang pengadilan dan menang di pilkada, nanti pas Pilkada menang lalu demo besar, nanti aparat berhadap-hadapan," ujar Arbi.