TRIBUNNEWS.COM, JENEPONTO - Anggota Satlantas Polres Metro Jakarta Timur Aiptu Sunaryanto mendapat penghargaan, atas keberaniannya membebaskan penumpang angkot dari perampok bersenjata.
Penghargaan itu diberikan lansung oleh Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Mochammad Iriawan.
Karena aksi heroiknya itu, penumpang bernama Risma Oktaviani dan anaknya, Dafa Ibnu Hafiz yang masih balita, selamat dari penyanderaan.
Namun, Anda mungkin sedikit tercengang jika mengetahui nilai latihan menembak Sunaryanto saat mengikuti pendidikan di SPN Batua tahun 1994-1995.
AKP Moh Wahyu, rekan seangkatan di barak bersandi Lumba-lumba, Sunaryanto dikenal tidak terlalu cakap saat latihan menembak.
"Padahal dulu Pak Sunaryanto itu nilai menembaknya tidak terlalu bagus juga, karena sering dapat sanksi dari pelatih saat latihan nembak," ungkap Moh Wahyu yang kini menjabat Kabag Humas Polres Jeneponto, ditemui di warkop Liwang, Jalan Pahlawan, Kecamatan Binamu, Jeneponto, Kamis (13/4/2017).
Wahyu pun mengaku tercengang melihat pemberitaan aksi heroik Sunaryanto.
"Saya salut atas ketenangannya (Sunaryanto) menggunakan revolver yang cepat dan tepat mengenai sasaran lengan pelaku," puji mantan Kapolsek Batang itu.
Karena, menurut Wahyu, menggunakan revolver tidak semudah menggunakan senjata jenis glock.
"Kalau revolver agak sedikit sulit, karena pertama kita harus tarik dulu pelatuk sebelum menarik pemicunya. Beda dengan glock, langsung saja tarik pemicunya," tutur Wahyu.
Nama panggilan Sunaryanto saat menjalani pendidikan di SPN Batua selama 11 bulan tiga minggu, adalah Toet-toet.
Diberi gelar nama Toet-toet, lantaran Sunaryanto doyan memakan roti gerobak yang dijajakan menggunakan pengeras suara toet-toet.
"Lucu orangnya itu (Sunaryanto), selain logat Betawi-nya yang kental, kalau dengar penjual roti toet-toet dia langsung loncat dari ranjangnya," ungkap Wahyu yang bertetangga ranjang dengan Sunaryanto.