TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Muhammad Zainul Majdi mendapat perlakuan tidak mengenakan di Bandara Changi, Singapura, beberapa waktu lalu.
Tuan Guru Bajang (TGB)-panggilan Gubernur NTB, mendadak dimaki-maki salah satu calon penumpang asal Indonesia.
Karena tindak-tanduk pria bernama Steven terhadap TGB itu berbau rasis, maka dianggap mengancam kehidupan masyarakat NTB yang toleran. Bahkan, mayoritas NTB dari berbagai latar belakang mendesak aparat kepolisian memproses hukum Steven.
Salah satunya Junior Chamber International (JCI) Indonesia yang selama ini konsen menolak rasisme turut mengecam perlakuan Steven terhadap TGB.
Bukan hanya itu, JCI juga akan menggelar Silatnas World Friendship Day. Diharapkan dari World Friendship Day ini terbentuk sebuah toleransi dan menerima perbedaan atas adat dan budaya keberagaman.
"Berangkat dari persoalan bangsa yang menyangkut persatuan dan kesatuan inilah JCI akan mengadakan Silatnas World Friendship Day 2017. Acara ini nantinya sebagai pengingat akan pentingnya semangat persahabatan dalam menjaga perdamaian," ungkap Rina Saadah, Project Director Silatnas Wirld Friendship Day. JCI menyesalkan insiden yang menimpa TGB.
Presiden JCI, Jandi Mukianto mengatakan seharusnya sebagai bangsa yang majemuk, seluruh bangsa mengedepankan toleransi.
"Sebagai bangsa yang majemuk, kita harus bena-benar menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ini agar tidak terpecah belah," tandasnya.
"Karenanya segala bentuk yang mengarah pada perpecahan harus kita lawan," sambungnya.
Kata Jandi, tindakan yang dilakukan oleh Steven terhdap TGB sangat tidak terpuji.
"Kami tegas mengutuk sikap itu, terlebih dilakukan kepada sosok yang sangat kita hormati," kecam Jandi.
Dia menjelaskan, apa yang dilakukan Steven bukanlah mewakili sikap etnis dan agama tertentu. Karena baginya, semangat kebersamaan serta penghargaan kepada keberagaman yang ada di Bumi Pertiwi ini sudah final dan diatur dalam nilai-nilai Pancasila serta UUD 1945.
"Siapa saja yang mencoba mengusik persatuan yang sudah terbina dengan baik, layak dijadikan musuh bersama dan layak diperangi karena dapat mengancam persatuan kita bersama," ujarnya.
"Kita pantas bangga memiliki tokoh seperti Tuang Guru Bajang, beliau sangat arif dalam melihat permasalahan yang ia alami. Untuk itu, kami dari JCI meminta kepada pihak kepolisian untuk mengusut tuntas insiden ini. Steven layak mendapat hukuman yang setimpal agar memahami apa yang telah ia perbuat sudah melukai hati banyak pihak," urai Jandi.
Jandi pun berharap, kejadian yang menimpah TGB dijadikan pembelajaran dan tidak diulangi. Semua pihak sebaiknya dapat menahan diri agar tidak membuat gelombang unjuk rasa dalam jumlah besar. Itu karena, kata Jandi, berpotensi dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga membuat suasana semakin tidak kondusif.
"Apa yang telah diperlihatkan oleh Tuan Guru Bajang, layak menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Sebaiknya semua pihak dapat menahan diri dan menyerahkan penyelesaian kasus ini kepada pihak berwajib sesuai dengan semangat yang telah ditunjukkan Tuan Guru," tutur Jandi.
Untuk itulah Jandi berpesan, sebaiknya generasi muda Indonesia tidak melakukan provokasi-provokasi seperti yang telah dilakukan Steven. Merawat kebhinekaan yang ada jauh lebih terhormat dilakukan oleh generasi muda dalam mengisi alam kemerdekaan, terlebih generasi muda yang harusnya menjadi estapet penerus kepemimpinan masa depan.
"Generasi muda lebih baik mengisi kemerdekaan dengan melakukan kreativitas positif, ketimbang melakukan hal-hal konyol yang malah merusak dan menjauhkan kita dari semangat bangsa yang berbudaya luhur," katanya.