Endang menyoroti rencana aksi Tamasya Al-Maidah yang dinilai oleh banyak pihak sebagai bentuk intimidasi terhadap calon pemilih. “Sentimen agama jadi faktor paling dominan,” tutur Endang.
Publik melihat selama rangkaian Pilkada DKI, isu SARA dan politisasi agama menjadi bahan kampanye untuk mendelegitimasi calon petahana.
“Survei-survei menunjukkan, tingkat kepuasan terhadap Ahok sangat tinggi, tetapi elektabilitas jauh di bawah,” kata Endang.
“IWD mengkhawatirkan modus serupa akan kembali digunakan dalam Pilkada 2018 mendatang. Ini jelas pradoks dalam praktek demokrasi di Indonesia, ketika faktor etnis dan agama bisa mengalahkan faktor prestasi dan kapasitas, jika diteruskan akan jadi sangat berbahaya bagi demokrasi kita,” pungkas Endang.
Seperti diketahui, pilkada serentak akan kembali digelar dalam jumlah lebih banyak tahun 2018.