TAK LAMA lagi warga DKI Jakarta memiliki jembatan melengkung terpanjang di Indonesia yang dibuat sendiri oleh putra-putri terbaik bangsa ini. Karya monumental ini adalah Simpang Susun Semanggi yang membentuk lingkaran, memutari Simpang Semanggi yang dibangun Presiden Soekarno tahun 1961.
"Ini merupakan bentang segmental lengkung terpanjang di Indonesia. Simpang Susun Semanggi ini berbentuk lingkaran memutari Simpang Semanggi. Panjangnya 1,8 kilometer," ujar General Superintend PT Wijaya Karya (Wika) Ketut Pasek Senjaya Putra yang menjadi pelaksana pengerjaan proyek Simpang Susun Semanggi kepada Tribunnews.com.
Pada Rabu (26/4) dini hari, menjadi hari paling bersejarah.Tepat pukul 00.00 WIB, dilakukan pemasangan box girder terahir sehingga jembatan melengkung berbentuk lingkaran itu tersambung utuh 100 persen. Proyek ini menelan biaya Rp 360 miliar.
Sebelum pemasangan box girder terakhir,dilakukan pemotongan tumpeng di bawah Simpang Susun tersebut. Turut hadir Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Yusmada Faizal, serta pimpinan PT Wijaya Karya (Wika) selaku pelaksanan proyek.
Budi Karya menyampaikan keyakinannya bahwa simpang susun ini bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen."Kemacetan pasti akan berkurang. Memang banyak variabel yang jadi pengukurnya, tapi paling tidak 30 persen akan mengurangi kemacetan," kata Budi Karya.
Budi mengatakan, selain mengatasi kemacetan, Simpang Susun Semanggi sekaligus menjadi ikon Jakarta yang patut dibanggakan. "Di sini bisa mengurangi kemacetan dan monumen atau ikon Jakarta bertambah cantik," kata Budi Karya Sumadi.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Yusmada Faizal, mengatakan lingkar Semanggi yang ada saat ini menjadi pusat kemacetan karena adanya konflik arus lalu lintas. Diharapkan jalan layang yang sedang dibangun ini bisa mengurangi kemacetan.
"Nanti akan berkurang karena simpang ini nanti akan digunakan untuk berputar balik saja, nggak ada lagi nanti saling silang," kata Yusmada.
Putra Putri RI
Ketut Pasek mengatakan, pembangunan Simpang Susun Semanggi dimulai pada 8 April 2016 dan akan tuntas Juli 2017. Ground Breaking atau peletakan batu pertama dilakukan 8 April 2016. " Target pengerjaan 18 bulan, tapi bisa selesai dalam waktu 16 bulan. Jadi lebih cepat dua bulan dari target," ujar Ketut Pasek.
Untuk mengerjakan proyek monumental ini, PT Wika mengerahkan 500 orang. "Mereka bekerja 24 jam," ujar Ketut Pasek. Pekerja yang mengerjakan proyek ini 100 persen adalah putra-putri terbaik Indonesia. PT Wika hanya dibantu konsultan dari Hongkong. Namun pengerjaan keseluruhan dilakukan PT WIKA dengan tenaga kerja dari Indonesia.
"Total yang bekerja di proyek ini ada 500 orang. Dari jumlah itu ada 5 orang perempuan muda," jelas Pasek.
Pada Rabu dini hari, Tribun menemui tiga perempuan muda yang turut bekerja 24 jam demi terbangunnya Simpang Susun Semanggi. Mereka adalah Nova Safitri di bagian Safety Health and Environment, Asri Septeriana di bagian sekretaris proyek dan Gerby Isla Maulida dibagian pusat pengendalian data.
"Saya hampir tiap hari bahkan sering sampai malam saya ada di lokasi proyek ini," ujar Nova Safitri, gadis berparas manis kepada Tribun. Nova yang baru satu tahun bergabung dengan PT Wika mengaku bangga bisa turut menjadi bagian pelaksana proyek ikon Ibukota ini. "Sudah biasa bekerja bareng pria dan sampai dini hari seperti ini," ujar Nova.
Gerby Isla Maulida baru bergabung dengan Wika saat mengerjakan proyek ini. "Awal kerja di sini,awalnya dicari orang tua. Kok jam 1 malam belum pulang. Padahal masih di lokasi proyek," ujar Gerby.
Melengkung 100 Persen
Saat ditanya apa tantangan terbesar dalam melaksanakan proyek ini, Ketut Pasek mengatakan bahwa ini adalah jembatan melengkung 100 persen. Sehingga box grider yang dipasang satu persatu hingga menyatu menjadi jembatan, harus didesain satu persatu.
"Ini jembatan paling susah yang kami bangun karena bentuknya melengkung seluruhnya. Dari seluruh box girder, tidak ada yang sama. Jadi harus dicetak satu persatu karena bentuknya melengkung," lanjut Ketut Pasek.
Ketut Pasek juga mengatakan,bahwa pembangunan simpang susun ini dilakukan di atas jembatan Semanggi dan di atas jalan Tol Dalam Kota. "Kendala terberat saat proses pembangunan yakni bagaimana tidak membuat macet jalan Jend Sudirman dan Jl Gatot Subroto yang tak lain jalan protokol Ibukota," jelas Ketut Pasek.
Pembangunan jembatan ini juga menggunakan teknologi kabel strand. Yakni box grider dipasang satu persatu kemudian ditarik dan diikat dengan kabel baja strand. "Setiap box grider dirangkai dengan 20-38 kabel strand. Cara memasangnya juga harus satu persatu secara seimbang kiri-kanan. Setiap box grider yang dipasang, diikat dengan kabel strand," jelas Ketut Pasek.
Soekarno-Jokowi
Pembangunan Jembatan Semanggi diprakarsai oleh Presiden Soekarno pada tahun 1961. Jembatan ini dinamai Semanggi karena bentuknya mirip dengan daun Semanggi.Semanggi itu sebenarnya nama tumbuhan bernama latin marsilea mutica.
"Jembatan Semanggi ini dibangun Presiden Soekarno, dikembangkan Presiden Soeharto dengan jalan tol dan disempurnakan Presiden Joko Widodo," ujar Ketut Pasek.
Ketut Pasek juga tak lupa menyebut nama Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang terlibat aktif membangun Simpang Susun Semanggi ini.
Duhulunya, kawasan tempat dibangunnya jembatan Semanggi itu berupa rawa-rawa dan banyak tumbuh tanaman Semanggi. Dalam satu kesempatan, Bung Karno sendiri pernah mengemukakan filosofi daun Semanggi. Filosofi yang dimaksud adalah simbol persatuan.
Pada masa awal pembangunannya, banyak pihak yang memprotes, karena dianggap sebagai proyek yang menghambur uang negara. Padahal, masih banyak rakyat yang menderita, karena kemiskinan. Namun, Bung Sukarno melihat jauh ke depan dan untuk kepentingan yang lebih besar.
Sebenarnya, ide awal Bung Karno adalah membangun sebuah stadion olahraga megah di kawasan Senayan. Saat ide itu akan digulirkan, Soekarno menggelar rapat kabinet.
Di sanalah, Ir Sutami, yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum (PU), mengusulkan agar dibangun jembatan untuk mengatasi kemungkinan munculnya persoalan kemacetan lalu lintas.
Karena di situ merupakan titik pertemuan jalan besar, antara Jalan Gatot Soebroto dengan Jalan Sudirman.Akhirnya, diputuskan oleh Bung Karno agar pembangunan Jembatan Semanggi dijadikan satu paket dengan pembangunan Gelora Senayan (sekarang Gelora Bung Karno), Hotel Indonesia, dan lain-lain.
Semua fasilitas itu dibangun untuk menyambut perhelatan Asian Games tahun 1962. Jembatan itu sendiri dimulai pembangunannya pada tahun 1961.
Karena konsepnya adalah persipangan tanpa traffic light, maka jembatan pun dibangun melingkar melingkar-lingkar dan layak disebut sebagai fly over.
Kini, jembatan tersebut menjadi poros lalu lintas Ibu Kota, sekaligus menjadi simbol kemakmuran perekonomian tanah air. (tribunnews/yulis)