News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berladang di Lantai 2 Rumahnya, Suhri Panen 1,5 Kwintal Ketela

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suhri (berbaju biru lengan hitam) sedang memanen ketela di lantai dek rumahnya dibantu dua rekannya.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kreativitas Suhri patuh diteladani. Warga Gang Rukun RT007/3 Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur ini memanfaatkan dek rumahnya sebagai ladang bercocok tanam.

Hasilnya, pada Kamis (4/5), ia berhasil memanen sebanyak 1,5 kwintal ketela rambat atau ubi jalar.

Cara berladang Suhri ini cukup unik. Memanfaatkan luas dek yang terbatas, ia menanam ketela di dalam karung. Satu karungnya berisi 15-20 pohon.

Penanaman dilakukan dengan cara melobangi karung di bagian samping kemudian ia tancapkan bibit-bibit ketela.

Tiga setengah bulan lamanya ia merawat tanaman itu sebelum memanennya.

"Kali ini, saya tanpa pupuk. Jadi satu karungnya hanya menghasilkan lima kilo gram. Kalau pakai pupuk bisa 10 kiloan," celetuk Suhri kepada Warta Kota di sela kegiatan panen.

Seharian memanen, puluhan karung ketela bisa Suhri kumpulkan. Jumlahnya sekitar 1,5 kwintal.

Suhri, rencananya, akan membagi-bagikan ketela itu kepada para tetangga rumah dan kerabatnya.

"Hasilnya buat dibagiin tetangga sama dikonsumsi sendiri. Kalau yang cabai dan sayur mayur sering buat masak harian. Jadi istri saya tidak perlu belanja banyak," kata Suhri sambil tertawa.

Petani kota

Suhri yang saat ini menjadi anggota LMK RW03 Kelurahan Gedong ini sudah menjalankan hobi berladangnya di lantai dek rumah sejak 2007. Saat itu ia bingung ketika ingin menyalurkan bakat bertani karena di Jakarta ia tidak memiliki lahan yang cukup luas. Hingga suatu saat seorang kerabatnya menceletuk, "kenapa tidak jadi petani berdasi dan bersepatu saja!".

Suhri baru paham apa maksud ungkapan itu beberapa lama kemudian. "Maksudnya kenapa kita nggak kreatif bertani di rumah tanpa kotor-kotoran. Caranya dengan memanfaatkan dek rumah. Apalagi dek rumah saya cukup luas sekitar 60 meter persegi. Akhirnya saya memulai jalankan itu. Waktu itu saya langsung tanam padi di dalam pot dan hasilnya ternyata bagus," jelasnya.

Hasil panen yang bagus membuat pria asal Pangandaran ini mencoba menanam jenis tanaman lain. Mulai dari cabai, bawang putih, berbagai jenis sayuran hingga ketela Suhri tanam secara bergantian.

Hobi Suhri mulai terdengar oleh rekan-rekannya. Suhri yang bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia di SMP 209 Kramat Jati kemudian diminta untuk menularkan semangat berladangnya kepada siswa. Suhri pun mulai mengaplikasikannya di sekolah tempatnya mengajar. Ia mengajak para siswa untuk menanam padi dengan media paralon hingga galon bekas. Hasilnya cukup menggembirakan.

"Sekolah itu sudah sering panen padi. Malah sampai sekarang banyak yang menyebut sebagai sekolah padi. Selain itu sudah sering juga mendapatkan penghargaan tingkat nasional terkait lingkungan hidup," jelasnya

Inspirasi

Suhri bilang cara berladangnya telah menginspirasi banyak orang. Tidak sedikit orang yang datang ke rumahnya untuk melihat langsung serta belajar bagaimana cara bercocok tanam atau menjalankan hobi bertani di lahan yang sempit.

"Selain tetangga sekitar, banyak orang dari wilayah sekitar juga datang ke sini. Mereka heran kok bisa bertani di rumah. Saya jelaskan caranya dan mereka mencobanya di rumah masing-masing. Dan hasilnya cukup bagus," jelasnya.

Kata Suhri, makin banyak orang yang mengaplikasikan hal itu, makin lebih baik. Selain bisa menyalurkan hobi, bertani di lingkungan rumah menurutnya bisa turut menghijaukan kawasan permukiman.

"Di dek saya ini sengaja saya bikin tempat istrahat kecil. Kalau waktu senggang saya di sini sambil lihat perkembangan tanaman saya. Makin hijau rumah kan makin sehat. Pokoknya berasa seperti ada di kampung," selorohnya.

Usai memanen ketela, Suhri berencana untuk menanam kentang. "Ini adalah percobaan pertama kali saya menanam kentang. Jika biasanya kentang ada di dataran tinggi, saya akan coba tanam di sini. Nanti kita lihat saja bagaimana hasilnya," ujarnya.

Anton Maraton, rekan Suhri yang merupakan angggota Lembaga Pemantau Penyelenggara Negara Republik Indonesia (LPPNRI) bidang Lingkungan Hidup mengapresiasi apa yang dilakukan Suhri.

"Saya yang kerjanya di bagian lingkungan hidup tentu bangga dengan sosok seperti Pak Suhri ini yang bisa menginspirasi masyarakat lainnya sehingga menimbulkan kesadaran lingkungan. Apalagi Pak Suhri ini juga membuat pupuk sendiri dari bahan sampah warga," kata Anton yang turut menyaksikan Suhri memanen ketelanya. (Feryanto Hadi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini