TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pria berpostur tinggi menjulang dan berambut pirang terlihat paling menonjol di antara kerumunan massa pendukung Ahok yang berunjuk rasa di depan Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, pada Kamis (11/5/2017).
Ia terlihat beberapa kali mengarahkan mata kemera fotonya ke arah massa yang menggelar aksi di depan Balai Kota.
Ia terlihat menyimak saat massa yang sebagian besar ibu-ibu meneriakkan "Bebaskan Ahok" dan kompak menyanyikan lagu "Maju tak Gentar".
Lantas, ia menoleh dan bertanya-tanya kepada perempuan paruh baya yang berdiri di sampingnya.
Yah, dia adalah Jan-Tonnis Fernhout (54 th), warga negara asing dari Belanda yang sedang berlibur di Jakarta dengan ditemani kekasihnya.
Baca: Kasus Ahok Akan Dibahas di Forum Uni Eropa Akhir Bulan Ini
Jan mengaku sengaja datang melihat langsung unjuk rasa massa pendukung Ahok di sela liburannya.
Sebab, ia mengaku banyak sedikit mengikuti pemberitaan tentang kasus Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) selaku Gubernur DKI Jakarta.
Ia pun mengetahui banyaknya massa yang turun ke jalan karena Ahok ditahan usai divonis 2 tahun penjara atas kasus penodaan agama.
"Saya di sini sedang liburan bersama kekasih saya ini. Saya tertarik ke sini karena ingin lihat banyaknya orang yang berkumpul di kantor Gubernur Jakarta memberikan dukungan untuk sang gubernur Ahok. Buat saya, ini dukungan dari rakyat yang sangat luar biasa," kata Jan kepada awak Tribunnews.
Baca: Mendagri Geram, Pendukung Ahok Keceplosan Saat Orasi, Sebut Rezim Jokowi Lebih Parah dari SBY
Jan mengakui tidak terlalu mengenal sosok Ahok.
Tapi, dari pemberitaan di media dan penjelasan sang kekasih, Jan mengetahui Ahok sebagai gubernur yang bagus di Jakarta.
Tapi, Ahok diproses hukum karena perkataan yang dianggap menodai agama hingga divonis 2 tahun penjara.
"Saya rasa, hukuman itu tidak adil. Sebab, seharusnya setiap orang dapat menghargai seseorang yang menyampaikan pendapat secara terbuka. Tapi, yang saya tahu, ada dari pihak lawannya yang mengambil potongan perkataan sang gubernur untuk dibawa ke proses hukum," kata Jan.
Jan berharap Ahok untuk terus berupaya melakukan perlawanan secara hukum, yakni naik banding atas vonis tersebut.
"Karena dengan naik banding, diharapkan majelis hakim di tingkat atas bisa lebih adil dan saya berharap keadilannya bisa nyata," ucap Jan.
"Kita tahu ada kedekatan gubernur dan presiden. Tapi, presiden tidak bisa ikut campur atau intervensi dan hal itu tidak boleh dilakukan. Kalau presiden ikut campur, saya percaya lawannya bisa makin bertambah untuk menyerang. Jadi, biarkan hukum pengadilan yang berproses. Karena di pengadilan di banding diharapkan bisa lebih adil," tukasnya.
Penulis: Abdul Qodir