TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belakangan, cuaca Jakarta terasa sangat panas. Gerahnya luar biasa baik siang maupun malam. Ada apa?
Deputi Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Mulyono Rahadi Prabowo, mengatakan bahwa kegerahan terjadi karena Jakarta sudah memasuki awal musim kemarau.
"Curah hujannya berkurang," kata Mulyono. April 2017 lalu, curah hujan masih berkisar 150-200 mm sementara pada Mei curah hujan sudah di bawah 150 mm.
Baca: Jambi Masuk Musim Kemarau, Waspadai Kebakaran Lahan
Halimurrahman dari Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan, tanda musim kemarau itu adalah angin muson timur.
"Analisis kami menunjukkan angin telah bertiup dari timur tenggara," jelasnya saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (19/5/2017).
Karena masih pada awal musim kemarau, pembentukan awan masih cukup aktif.
Awan itu berkontribusi pada gerah yang dirasakan warga Jakarta.
"Saat musim kemarau, cuaca siang memang panas tetapi malam biasanya lebih dingin. Itu karena panas konveksi bisa dilepaskan ke atmosfer," jelasnya.
"Adanya awan seperti saat ini menghambat pelepasan panas. Akibatnya siang dan malam kita merasa gerah," imbuhnya.
Mulyono mengungkapkan, tidak semua wilayah Indonesia sudah masuk musim kemarau.
Wilayah terdekat Jakarta seperti Banten, Serang, dan Bekasi masih berada pada fase pancaroba.
Mulyono mengatakan, hal itu terjadi karena 70 persen wilayah Indonesia berupa perairan.
Selain itu, tata letak kepulauan Indonesia membuat terjadinya perbedaan waktu suatu musim.
Di awal kemarau, suhu akan berkisar 29-32 derajat celcius.
Sementara pada Agustus dan September 2017 berada pada 33-35 derajat celcius.
Penulis: Lutfy Mairizal Putra