TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Trini mengaku tidak memiliki firasat buruk sebelum suaminya yang bernama Tasdik menjadi korban luka-luka akibat ledakan bom bunuh diri di dekat halte Transjakarta Kampung Melayu, Rabu (24/5/2017).
Namun malam itu, Trini mengaku sang suamiĀ hari itu tidak melakukan kebiasaan, mengirimkan pesan ataupun meneleponnya.
"Nggak ada firasat buruk. Tapi kan tiap hari biasanya telepon atau WhatsApp ini kok enggak," ungkap Trini saat ditemui di RS Budi Asih, Jakarta Timur, Jumat (26/5/2017).
Baca: Kapolri Ungkap Jaringan Pelaku Bom Bunuh Diri di Kampung Melayu
Trini sendiri mengetahui suaminya menjadi korban sekira pukul 10.00 malam (24/5/2017), kurang lebih satu jam setelah kejadian dari seorang polisi yang menghubungi dirinya.
"Pas jam 10 kita lagi santai namanya abis pulang kerja. Anak anak lagi nonton tivi. Ada telepon jam 10 yang ngangkat anak saya, dari kepolisian, dikasih ke saya," tutur Trini.
Mengaku kaget Trini dan kedua anaknya pun langsung bergegas menyambangi sang suami yang saat itu sudah berada di RS Budi Asih, Jakarta Timur.
"Sempat shock juga sih kaget juga pas pak polisi bilang kejadiannya karena bom bunuh diri, lemes. Saya buru-buru aja gitu, kata pak polisi kalau mau cepet cepet jenguk bapaknya langsung aja ke RS Budhi Asih bapaknya udah disini," ungkap Trini.
Baca: Geledah Rumah Kontrakan di Bandung, Densus 88 Dobrak Pintu
Trini dan kedua buah hatinya itu terlihat setia mendampingi proses penyembuhan Tasdik.
Hal tersebut nampak saat Tribunnews.com menemui mereka di ruang rawat Tasdik, Jumat (26/5/2017).
Keadaan Tasdik pun kini semakin membaik.
Namun masih belum bisa pulang kerumahnya hingga dua hari kedepan.
Akibat ledakan tersebut, Tasdik mengalami luka dipunggung, lengan dan betis sehingga ia harus menerima 14 jahitan di punggung, 10 jahitan di betis dan operasi di bagian tangan karena ada bagian otot yang terlepas.