TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rabu (24/5/2017) malam lalu, terjadi dua kali ledakan bom bunuh diri di dekat halte Transjakarta Kampung Melayu, Jakarta Timur.
Tasdik (42) satu diantara belasan korban kejadiaan naas tersebut awalnya mengira ledakan itu berasal dari ban mobil yang pecah.
"Waktu itu saya belum tahu itu bom, karena itu kan ledakannya seperti ledakan ban mobil atau ban bis," tutur Tasdik saat ditemui di kamar rawatnya di RS Budhi Asih, Jakarta Timur, Jumat (26/5/2017).
Bahkan, usai ledakan pertama ia sempat hampir membantu polisi yang terluka akibat ledakan tersebut.
Sayangnya saat ia dan dua polisi lainnya ingin membantu memindahkan korban, bom kedua meledak dan menyebabkan ayah dua anak ini terluka.
"Mau ngangkat itu posisinya dekat wc umum di tengah-tengah Kampung Melayu itu. Belum sampai kita angkat bom kedua meledak lagi," ucap Tasdik.
Menyadari dirinya terluka dan darah mulai dari tubuhnya Tasdik pun tidak fokus lagi membantu korban dan mencoba menyelamatkan diri.
"Jaket saya sudah compang camping, jaket celana juga sudah robek, saya raba gini (tangan) darah udah ngalir, saya lihat lengan saya yang robek itu udah ada darahnya, setelah itu saya udah gak fokus nolong lagi saya menyelamatan diri, motornya saya parkir," tutur Tasdik.
Beruntungnya ada seorang tukang ojek yang mengantarkannya hingga mendapatkan pengobatan walaupun awalnya sempat ditolak oleh klinik di kawasan Kampung Melayu karena luka yang terlalu parah.
Akhirnya Tasdik dan tukang ojek itu mendatangi pos polisi dan polisi membawa Tasdik ke rumah sakit Budhi Asih.
"Sampai klinik pak dokternya bilang gak sanggup akhirnya saya diantar ke pos polisi cawang. Dari situ pak polisi nyaranin ke RS Budhi Asih. Dianter pak polisi sampai dirawat ke IGD, dan setelah itu ditangani sama dokter," ujar Tasdik.
Akibat ledakan tersebut Tasdik mengalami luka dipunggung, lengan dan betis sehingga ia harus menerima 14 jahitan di punggung, 10 jahitan di betis dan operasi di bagian tangan karena ada bagian otot yang terlepas.