TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pria ini bernama Muhammad Wahyu Priadi atau biasa disapa Ahmad berjalan kaki menggunakan dua tongkat dari Jakarta-Surabaya selama tiga bulan dan pulangnya Surabaya-Jakarta selama 46 hari. Bekalnya hanya tas ransel, serta uang alakadarnya untuk makan di jalan.
Ahmad menceritakan kisahnya sambil menyantap makan siang di Ayam Gepuk Pak Gembus, cabang Kramat Jati, Jakarta Timur atau di @ayamgepukkramatjati, Selasa (25/07/2017).
Menurut penuturannya, ini dijalaninya sebagai terapi atas kesembuhan kakinya yang lumpuh serta suaranya sempat hilang selama setahun.
"Di tahun 2010, di malam Natal saya mengendarai motor kemudian ditabrak mobil. Selama setahun saya koma, lumpuh dan juga bisu," sambil menunjukan tenggorokannya yang sudah rusak.
"Bicara saya kurang jelas, karena ventilator untuk bernafas sudah tidak sempurna," ujarnya dengan suara yang terdengar kurang jelas.
Setelah sembuh, Ahmad kemudian mengobati kakinya dengan terapi jalan kaki di tahun 2013 dari Jakarta Subaraya.
"Berangkatnya saya tiga bulan dengan menggunakan dua tongkat. Pulangnya saya menggunakan satu tongkat, Surabaya - Jakarta saya tembuh 46 hari," katanya.
"Tujuan saya terapi supaya kaki saya bisa sembuh dan tentu mencari keselamatan dunia dan akhirat," jelasnya.
Saat ini Ahmad baru saja menyelesaikan perjalanan lainnya dari Jakarta-Tasikmalaya dan kembali lagi ke Jakarta selama dua minggu.
Perjalanan kali ini ini Ahmad sudah tidak membutuhkan tongkat, karena kakinya sudah bisa berjalan. Memang belum sempurna, karena dalam langkahnya Ahmad terlihat pincang.
Ahmad sempat menuturkan suka dan duka yang ditemui selama perjalanan keliling Pulau Jawa.
"Waktu pulang Jember-Solo, saya menahan lapar. Menghindari meminta-minta pada makhluk lain, saya makan daun supaya kenyang. Pernah juga saya dilihatin makhluk gaib berupa kepala gelinding di daerah Waduk Saguling Jawa Barat. Yang bikin kesal, sendal saya juga pernah hilang saat sholat Maghrib di Masjid," urainya.
Dalam perjalanan, Ahmad beristirahat malam harinya di Masjid ataupun mushola sekitar. Kalau tidak menemukan tempat, beberapa kali juga tidur di kebon kosong.
Salah satu ciri khas Ahmad, suka membawa spanduk di dadanya dengan tulisan bernuansa islam.
"Pernah di kawasan Cianjur, saya diberhentikan orang, spanduk dicopot lalu dirobek-robek," jelasnya.
Untuk keselamatannya, Ahmad akhirnya pernah menuliskan spanduk "Islam bukan ISIS".
"waktu itu lagi ramai ISIS, jadi saya tulis spanduk itu, biar ga dibilang ISIS," tuturnya.
Ahmad juga menuturkan, pernah berjalan kaki di Pulau Sumatera atau tepatnya Jakarta sampai Palembang. "Saya naik kapal dari sampai Bakaeuni Lampung. Lalu jalan kaki sampai Palembang. Tapi dalam perjalanan di Sumatera, saya sering ditodong," ucapnya sambil mengakhiri cerita singkatnya.