TRIBUNNEWS.COM - Sempat tersiar kabar simpang siur jika MA (30) yang tewas dihakimi dan dibakar massa adalah korban salah sasaran.
Alasannya saat itu amplifier yang dibawa MA di Musala Al Hidayah, Babelan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (1/8/2017) lalu hendak diperbaiki.
Bahkan, sempat beredar kabar jika amplifier tersebut adalah miliknya selaku tukang reparasi peralatan sound system.
Namun, Rojali selaku marbot Musala Al Hidayah meyakini amplifier yang dibawa dan ditemukannya dari tas MA setelah dilakukan pengejaran adalah inventaris atau milik musala yang dijaganya.
Salah satu bukti kuat bahwa amplifier yang dibawa MA merupakan milik musala adalah bercak tahi atau kotoran burung gereja yang mengering dan menempel di permukaan atas amplifier tersebut.
Rojali menjelaskan asal usul amplifier musala yang dijagannya ada kotoran burung gereja.
Menurutnya posisi tempat amplifier berada di pojok musala yang belum dipasang plafon.
Sehingga, jika malam atau siang hari sering burung gereja masuk ke dalam ruangan dan buang kotoran.
"Di tikar-tikar di sekitarnya juga ada kotoran burung," ucap Rojali.
Pantauan Tribun, terdapat beberapa bercak warna putih yang menempel di atas permukaan barang bukti amplifier.
"Kenapa saya bilang itu ampli saya? Karena di sini lah ada bukti (petunjuk) yang sangat kuat. Silakan dilihat ada tahi. Ini adalah tahi burung gereja," katanya.
Rojali mengatakan amplifier tersebut sempat berada di dalam tas yang dibawa MA.
"Ketika dikejar dan belok, dia jatuh dan langsung lari. Saya cek tas yang bawaannya tadi. Saya begitu karena saya takut ampli-nya udah dijual duluan. Setelah tasnya saya buka, ternyata betul ada ampli saya," ungkapnya.
Rojali mengaku sangat menghapal ciri khas amplifier tersebut karena ia menggunakannya setiap malam untuk acara pengajian dan tahlilan kematian neneknya sejak dua minggu lalu.