TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Asmawi (56) tidak mampu membendung kesedihan. Air matanya terurai dan selalu dibasuh memakai saputangan.
Ayah Muhammad Al Zahra alias Joya (30) ini tidak menyangka putranya tewas karena diamuk massa.
Bahkan saat kritis, Joya sempat dibakar hidup-hidup oleh massa di Desa Muara Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Selasa (1/8/2017) lalu, karena dituding sebagai pencuri amplifier musala setempat.
"Saya tidak pernah mendidik anak sebagai pencuri. Saya yakin anak saya bukan pencurinya," ujar Asmawi, ditemui saat proses autopsi jenazah Joya di TPU Kedondong, Perumahan Buni Asih RT 03/03, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Rabu (9/8/2017).
Baca: Ternyata Pria Ini yang Menyiram Tubuh Muhammad Al Zahra dengan Bensin di Kasus Pencurian Amplifier
Saat proses autopsi hendak berlangsung, Asmawi duduk bersila di dekat makam sang anak. Berkali-kali dia selalu membasuh air matanya yang mengalir dari kedua mata.
Anak keduanya, Bambang Purnomo (29), menenangkan sang ayah agar tabah menghadapi ujian ini.
"Sabar, pak, sabar, kita serahkan ke polisi," ujar Bambang kepada sang ayah.
Baca: Siti Zubaedah Tak Kuat Saksikan Tubuh Suaminya Diautopsi Pasca-Aksi Bakar Massa
Meski telah ditenangkan, Asmawi tetap tak mampu menahan emosinya. Dengan nada meletup-letup, dia menyatakan tidak rela anaknya dibakar massa sampai meninggal dunia.
"Saya selalu mengajarkan kebaikan kepada anak saya. Pedih hati saya, anak meninggal dunia karena dibakar," kata Asmawi.
Pantauan di lapangan pada Rabu (9/8/2017) pukul 11.00, petugas Forensik Mabes Polri telah tiba di lokasi. Ada sekitar 15 petugas forensik yang datang menggunakan dua unit mobil.
Baca: BIKIN KETAWA! Siswa Ini Bingung Disuruh Gurunya Membuat Puisi, Bikin Sekenanya Malah Dapat Nilai A
Mereka datang sambil membawa sejumlah perlatan untuk mendukung proses autopsi. Alat itu disimpan di beberapa tas dan koper penyidik.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri