Laporan wartawan magang, Dwi Salfiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Beberapa calon jamaah umroh yang gagal diberangangkatkan oleh pihak First Travel, menyambangi posko pengaduan, crisis center di Gedung Bareskrim, Senin (28/08/2017).
"Saya berharap kasus ini cepat selesai agar tidak menunggu terlalu lama," ucap Vina calon jemaah yang datang dari Kota Bekasi, Jawa Barat, saat ditemui.
Sejak dibuka pada 26 Agustus lalu, crisis center tak pernah sepi didatangi para calon jamaah umroh yang gagal berangkat.
Vina kemudian mengungkapkan curahan hatinya lagi. Ia mengaku awal bulan Mei mendaftar ke First Travel dengan impiannya bisa menunaikan ibadah umroh. Lanjut cerita, pada tanggal 15 mei 2017 ia mengaku mendapat kepastian, dijadwalkan akan berangkat.
Namun, sama seperti ribuan jamaah yang lain, Vina tak juga berangkat hingga akhirnya pemilik First Travel dicokok Polisi.
"Awal bayar, saya menyarahkan uang muka sekitar Rp. 5 juta dan sisanya saya langsung bayar lunas. Harga promo sekitar Rp. 14.300.000 ditambah biaya mahrom sekitar Rp. 600.000," cerita Vina lagi.
Puluhan ribu jamaah umrah yang belum diberangkatkan First Travel membuktikan betapa larisnya perusahaan tersebut.
Terbongkarnya kasus First travel bermula dari pengaduan seorang jamaah. Hingga kini pihak kepolisian tengah mengusut kasus penipuan biro perjalanan umrah First Travel.
Diketahui ada 58.682 orang jamaah umrah yang belum diberangkatkan. Mereka adalah calon jemaah yang sudah membayar paket promo Rp 14,3 juta per orang dalam periode Desember 2016 hingga Mei 2017.
Rupanya, para jamaah percaya dengan First Travel antaran selama ini perusahaan tersebut menunjukk an kemewahan.Seperti Kantor pusat dan kantor cabang dibangun dengan gaya Eropa dan interiornya tampak mewah.
Bahkan, kedua pemilik First Travel, Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan, kerap membagikan momenĀ bersama mereka saat pelesir ke luar negeri. Namun, di balik kemewahan itu, tersimpan kebobrokan sistem manajemen dan pengelolaan keuangan di dalamnya.
Kesan glamor yang ditampilkan hanya menutupi bahwa perusahaan tersebut tidak layak beroperasi sebagaimana agen perjalanan lainnya.
Mantan karyawati First Travel yang enggan disebut namanya mengaku terkesan dengan strategi pemasaran yang digunakan perusahaan tersebut. Secara masif mereka aktif promo umrah murah di media sosial dengan kemasan menarik.
"Dalam medsos, Facebook, Instagram dalam hal menghias kantor yang bagus, biar tidak kelihatan itu abal-abal," ujar mantan karyawati tersebut dalam acara "Rosi" di Kompas TV, Kamis (22/8/2017) lalu yang dilansir darti Tribunnews.com.