Kecurigaan bahwa pelaku adalah orang dekat korban terbukti.
Saat olah tempat kejadian perkara (TKP) yang dilakukan polisi di kediaman korban di Jalan Pengairan, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, didapati fakta mengarah ke orang dekat yang sudah lama mengenal korban.
"Itu dari olah TKP bahwa si pelaku ini tidak asing lagi dengan keberadaan lokasi rumah, tahu seluk-beluk rumah. Terus dia bisa buka tutup garasi. Kalau orang awam kan tidak seperti itu," ujar Lukman.
Kecurigaan polisi semakin menguat ketika meminta anak korban untuk mencoba menghubungi si mantan sopir pribadi yang sudah bekerja selama 20 tahun itu.
Baca: Fungsi Dokter itu Dikontrol, Kalau Melanggar Kode Etik, ya Dipecat
Pasalnya si sopir menghilang entah ke mana, pascakejadian.
Ketika hendak dihubungi anak korban, sopir itu seketika tidak dapat dihubungi.
"Kita dari nomor handphone yang terduga pelaku ini kondisinya tiba-tiba mati, berarti ada kejanggalan," ucap Lukman.
Dua pelaku lainnya juga sudah mengenal korban dengan baik.
Sutarto adalah mantan pekerja di pabrik garmen milik korban yang sudah bekerja selama 30 tahun.
Sedangkan Engkus Kuswara pernah kerja menukang di rumah korban.
Dua tersangka, Zulkifli dan Sutarto, mengaku sakit hati dan dendam karena mereka di-PHK tanpa diberi pesangon.
Kuras harta
Namun menurut Kombes Nico Afinta, dari hasil pemeriksaan terhadap para tersangka pembunuh pasutri Husni Zarkasih dan Zakiyah Masrur, terungkap bahwa motifnya bukan hanya sakit hati karena tidak mendapat pesangon.