TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Teguh Ostenrik menjelaskan saat tembok bersejarah itu dijatuhkan, dirinya langsung terbang menuju Jerman.
Teguh merupakan seniman pemilik bongkahan 'Tembok Berlin' yang kini dipajang di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo
Ia juga membuat sketsa yang konsepnya dinamakan Patung Menembus Batas.
"Jadi pada saat tembok Berlin jatuh, saya langsung dua minggu kemudian terbang kesana, saya bikin sketsa, konsep Patung Menembus Batas," ujar Teguh, saat ditemui di RTH Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (26/9/2017).
Baca: Jadi Tersangka KPK, Rita Widyasari Jawab Isu Ditahan Lewat WhatsApp
Saat membuat patung tersebut, lulusan Hochschulle der Künste, Berlin Barat, Jerman itu menyebut dalam bahasa Jerman sebenarnya makna Patung Menembus Batas jauh lebih mendalam.
"Sebenarnya awalnya dalam bahasa Jerman itu artinya lebih dalam daripada Patung Menembus Batas," kata Teguh.
Penjelasan tersebut ia sampaikan usai memajang empat bongkah 'Tembok Berlin' serta Patung Menembus Batas di RTH Kalijodo ditemani oleh Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dan Duta Besar Jerman untuk Indonesia Michael von Ungern-Sternberg.
Baca: Ini Sosok Bupati Cantik Rita Widyasari, Sempat Masuk 70 Tokoh Berpengaruh di Indonesia
Terkait bongkahan Tembok Berlin tersebut, sangat memiliki arti yang begitu besar.
Selain bermakna dalam menyatukan bangsa, namun juga ternyata Ostenrik harus merogoh uang sebesar 18 ribu Deutsch Mark (DM).
Jika dihitung secara rupiah, Teguh merogoh kocek nyaris Rp 150 juta untuk membawa benda bersejarah bagi masyarakat Jerman itu dari Berlin Timur ke Indonesia.
Bongkahan tersebut ia peroleh pada 1990 silam, yakni sesaat setelah Pemerintah Jerman Timur memutuskan untuk merobohkan tembok pemisah itu pada 13 Januari 1990.