TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menjadi tua bukanlah pilihan, melainkan kepastian. Manusia terikat oleh waktu yang terus berjalan mengiringi pertambahan usia.
Setiap makhluk hidup, termasuk manusia, potensial menjadi tua; atau berusia lanjut. “Para orang tua kita, manusia lanjut usia (lansia) ini, memiliki kebajikan, kearifan, dan pengalaman hidup yang bisa diteladani generasi penerusnya,” ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI), Prof. DR. Yohana Susana Yembise, Dip, Apling, MA., PhD., kepada para Wartawan, ketika menghadiri acara Peringatan Hari Lanjut Usia Internasional 2017, di Plasa Tugu Proklamasi, Pegangsaan Timur, Jakarta Pusat, Sabtu (14/10/2017).
Budaya bangsa Indonesia, kata Menteri, sangat menekankan prinsip menghormati dan memuliakan orang tua.
“Cara kita menghargai orang tua merupakan potensi sosial yang membentuk karakter dan citra budaya Indonesia. Citra dan identitas budaya bangsa Indonesia yang santun, dan penuh penghormatan terhadap orang tua. Perayaan yang kita laksanakan hari ini, bertujuan memuliakan para Lansia,” ujarnya.
Para Lansia, ujar Menteri, sudah seharusnya menjadi perhatian serius Pemerintah. Selama ini menurutnya, kaum Lansia belum mendapat perhatian khusus dari Pemerintah secara optimal.
“Acara seperti ini akan kami laksanakan kembali di tahun 2018 yang lebih besar lagi. Harapannya dapat dihadiri bapak Presiden RI. Kami akan mengundang para Lansia dari berbagai daerah,” ujar Yohana.
Menurut Yohana, di tahun 2015 Indonesia sudah melewati tahapan pembangunan Millennium Development Goals (MDGs).
Saat ini Indonesia sudah masuk pada tahap Sustainable Development Goals (SDGs). Perempuan masuk pada indikator ke lima; yaitu kualitas kesetaraan gender, selain masalah lingkungan, sosial dan ekonomi.
Ada empat pilar, lanjut Menteri, menjadi perhatian untuk melakukan cita-cita mulia; perempuan, anak-anak, disabilitas, dan Lansia. “Kita harus peduli terhadap empat pilar ini. Karena hal ini menjadi indikator maju atau tidaknya sebuah Negara. Termasuk air bersih (clean water). Jika hal ini bagus, Negara dianggap bebas dari kemiskinan,” ungkapnya.
Peringatan Hari Lanjut Usia Internasional 2017 ini, diselenggarakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, dan Natural Indonesia. Acara ditandai dengan pergelaran budaya bertajuk “Gerakan 1000 Perempuan dan Lansia Indonesia Merawat Lingkungan – Peduli Bencana,” yang dikemas apik oleh seniman dan budayawan, Bambang Oeban.
Menampilkan sejuta aksi, refleksi, serta pembacaan puisi dan pernyataan, dari para seniman, budayawan, pejabat, birokrat, dan para perempuan lanjut usia. Termasuk penampilan Prof. DR. Yohana Susana Yembise, Dip, Apling, MA., PhD., (Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI), Prof. Dr. Vennetia Ryckerens Danes, MSc, PhD, (Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan), DR. Ir. Pribudiarta Nur Sitepu (Sekretaris Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI/PPPA-RI), Bambang Oeban (Budayawan), dan para inspirator bangsa.
Tampil juga Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dan Situasi Darurat Kondisi Khusus Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak (PPPA) RI, Nyimas Aliah, SE, M.Ikom, membacakan puisi bertajuk ‘Perempuan dan Lansia Indonesia Peduli Bencana dan Merawat Lingkungan.’
Aksi lainnya, berupa Senam Three End dan Senam Lansia, serta pembagian seribu batang pohon untuk masyarakat. Diantara gerakan 1000 perempuan yang ikut hadir memeriahkan acara ini, adalah para perempuan lanjut usia berprofesi pemulung, binaan Rumah Singgah Bunda Lenny Humaniora Foundation, Kranggan Permai, Jatisampurna, Bekasi.
“Merawat lingkungan dan peduli bencana menjadi perhatian, dan keprihatinan kami. Hal ini kemudian kami angkat menjadi tema acara ini. Kesadaran dan kepedulian kita tak lain adalah untuk dapat mencegah dan mengendalikan lingkungan dari ancaman kerusakan mau pun pengrusakan,” urai Bambang Oeban, yang bertindak sebagai Penata Kemas Acara.
Peringatan Hari Lanjut Usia Internasional (International Day of Older Persons), ditetapkan dalam Sidang Umum PBB setiap 1 Oktober berdasarkan resolusi No. 45/106, tanggal 14 Desember 1990.
Penetapan tersebut merupakan kelanjutan dari Vienna International Plan of Action on Aging (Vienna Plan), yang diputuskan di Wina tahun 1982 dengan resolusi No. 37/1982.
Di Indonesia, Hari Lanjut Usia Nasional dicanangkan Presiden Soeharto, di Semarang, 29 Mei 1996.
Penetapan ini sebagai bentuk penghormatan atas jasa Dr KRT Radjiman Wediodiningrat, yang di usia lanjut memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).