Sejak kemarin, kata Asep, warga tak pernah mematikan televisinya.
Mereka resah menunggu kabar.
"Kita memang terus memantau kabar lewat televisi. Handphone juga tak pernah mati. Semua menunggu informasi," ujar Asep.
Alasan warga bekerja di pabrik petasan
Kampung Cisitu berada di atas bukit pegunungan Cililin. Jalan selebar dua meter dengan diapit jurang jadi satu-satunya akses menuju kampung itu.
Ali, Ketua RW 09 Desa Batulayang menuturkan, selain bertani, banyak warga Kampung Cisitu yang bekerja sebagai buruh pabrik, salah satunya di gudang mercon milik PT Panca Buana Cahaya Sukses.
Jika dihitung, kata Ali, sudah puluhan warga Kampung Cisitu yang bekerja di pabrik itu secara bergiliran. Namun, hanya 12 warga yang saat ini masih aktif.
"Saling kasih kabar saja antar saudara di sini. Sebetulnya enggak hanya di pabrik itu, banyak juga yang di pabrik lain," ujarnya.
Samsi (24) jadi salah seorang warga yang pernah bekerja di pabrik milik Indra Liyono itu.
Dia menuturkan, awalnya pabrik itu bergerak di bidang percetakan dan pembuatan stiker cutting.
"Saya pernah kerja di sana dulu bukan perusahan kembang api tapi percetakan. Tahun 2008-2009 kalau enggak salah. Gaji per Rp 700.000 per dua minggu. Bahkan saya mah pernah tinggal di rumah Pak Indra," ucap Samsi yang kini bekerja sebagai perangkat Desa Batulayang.
Asep Rustandi pun sempat dua tahun bekerja saat peralihan dari pabrik percetakan menjadi gudang petasan. Namun, ia memutuskan berhenti lantaran sakit.
"Kalau dulu saya di bagian packing. Dulu mah masih gudang. Kalau sekarang jadi pabrik saya kurang tahu. Awalnya memang pabrik stiker, saya juga sempat kerja saat jadi gudang petasan. Jenis petasan untuk tahun baru begitu lah," katanya. (DENDI RAMDHANI)
Artikel Ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Kegelisahan Keluarga Saat Menanti Kabar Korban Kebakaran Pabrik Mercon