TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Said, seorang korban selamat meledaknya pabrik kembang api di Kabupaten Tangerang yang menelan korban hingga puluhan korban jiwa mengisahkan kejadian dahsyat Kamis (26/10/2017) lalu.
Said mengatakan api menyambar lengannya ketika ia tengah berdesakan keluar dari pintu pagar bersama 10 pekerja lainnya.
Said yang ketika itu tengah dipindahtugaskan dari pabrik pusat PT. Panca Buana Cahaya Sukses di kawasan bundaran Jl. Raya Kamal untuk membantu produksi kembang api di Jl. Raya SMPN 1, Kosambi, Kabupaten Tangerang itu mengungkapkan bahwa ketika itu pekerja lainnya bahkan ada yang meloncat pagar pabrik setinggi sekitar 3 meter dan menderita patah tulang kaki.
Baca: Firasat Sebelum Pabrik Meldak, Mimpi Kerumunan Orang Berbaju Putih Hingga Pekerja yang Murung
Ketika itu Said tengah mengemas kembang api kawat di bagian belakang kanan pabrik.
Menurut Said sekitar 09.30 Kamis pagi, api tiba-tiba keluar dari bagian bahan baku petasan yang ada di sebelah kiri tengah pabrik.
Api tersebut tiba-tiba besar dan tidak didahului dengan api kecil terlebih dahulu. Api besar tersebut kemudian menyambar bagian penjemuran kembang api yang berada di tengah.
Api dengan cepat menutupi seluruh bagian tengah pabrik lalu mengunci puluhan pekerja pabrik yang tengah mengemasi kembang api di pojok belakang pabrik.
Pria bertubuh kecil kelahiranTangerang 16 Februari 1987 yang ketika itu berada di sisi kanan pabrik kemudian langsung lari ke arah pagar depan pabrik yang masih terbuka seukuran satu badan orang dewasa bersama sekitar 10 orang lainnya.
"Sekitar setengah sepuluh pagi, saya lagi masukin kembang api. Tiba-tiba ada bunyi wussss! Api langsung besar aja nggak kecil dulu. Di deket pintu gerbang, nggak jauh dari pintu gerbang. Terus saya berusaha lari sekuat tenaga saya. Alhamdulillah masih ada gerbang yang kebuka, muat seorang mah bisa, ungkap Said mengingat kejadian naas tersebut.
Menurut Said yang seminggu belakangan bekerja di pabrik itu, ketika itu pagar memang tidak bisa dibuka lebar karena roda pagar macet.
Said mengungkapkan bahwa pintu pagar besi setinggi sekitar 3 meter dengan barisan besi runcing berukuran sekitar 25 cm di atasnya tersebut memang kerap macet.
Tapi pintu itu memang tidak pernah dalam keadaan dikunci sehari-harinya.
Semua karyawan dan pekerja pabrik itu bisa keluar masuk kapan saja dengan membuka pagar yang tertutup sesuai kebutuhan.
Said juga sempat melihat salah seorang pekerja yang memanjat pagar kemudian melompati pagar tersebut karena panik melihat pekerja lainnya berdesakan di pintu pagar yang terbuka seukuran badan seorang dewasa tersebut.
Ketika tengah berdesakan itulah, api kemudian membakar lengan kanannya dan tubuh kawannya yang berdesakan.
Said adalah orang keempat yang berhasil keluar lewat pintu pagar setelah berdesakan.
Said kemudian langsung lari menjauh sekitar 100 meter ke arah gedung serbaguna yang ada di arah barat daya pabrik tersebut.
Setelah sampai di tempat aman, Said kemudian langsung dilarikan ke RS. BUN secara bergantian dengan pekerja yang mengalami luka lainnya.
Said tiba di rumah sakit sekitar pukul 11 siang. Di rumah sakit yang berjarak sekitar 600 meter dari lokasi, luka Said disiram alkohol untuk dibersihkan.
Di rumah sakit, Said sempat ngeri ketika melihat korban lain yang berdatangan ke rumah sakit BUN.
Ia melihat tubuh seorang ibu yang mengalami luka bakar di sekujur tubuhnya. Tubuh ibu itu tampak tidak mengenakan baju dan hampir seluruh kulitnya mengelupas. Wajah sampai kelamin ibu itu gosong terbakar.
"Udah parah banget. Napasnya megap-megap, abis semua bajunya, alat kemaluannya abis semua itu. Luka bakar semua, terkelupas kulitnya," ungkap Said dengan suara sedikit serak saat ditemui di rumah kerabatnya di Desa Cengklong, Kp. Talok, Gg. Sahabat, RT. 13 RW. 07, Kosambi, Kabupaten Tangerang pada Jumat (27/10/2017).