TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gedung di sekitar SMPN 32 Kecamatan Pekojan, Jalan Pejagalan, Jakarta Barat, Kamis (21/12/2017) roboh.
Beberapa orang di lokasi kini masih ada yang terjepit.
"SMPN 32 Pekojan runtuh. Dua korban sudah ditolong, dan masih ada satu korban dalam kondisi terjepit, proses penyelamatan," kata Kasiops Damkar Jakarta Barat Rompis Romlih lewat pesan singkat.
Sebelumnya, pada awal tahun diberitakan gedung SMPN 32 itu memang sudah ada tanda-tanda akan roboh.
Baca: BREAKING NEWS: Gedung SMPN 32 Pekojan Jakarta Barat Roboh
Dua tiang penopangnya sudah lapuk. Ketika dipukul, bunyinya tak lagi padat alias kosong.
Bahkan, di beberapa titik tiang tampak sudah terkelupas. Bagian dalam tembok yang lapuk kerap berjatuhan.
Untuk menjaga keutuhan dua tiang penyangga itu, pihak sekolah terpaksa menerobos aturan.
Pihak sekolah terpaksa mengecat dua tiang penyangga dengan cat hijau. Agar tembok itu tak terus lapuk.
Padahal sebagai benda cagar budaya, tak seorangpun boleh mengecat dinding itu.
Bagian lantai atas bangunan pun sudah tak digunakan lagi.
Peninggalan Tiongkok
Pihak sekolah menutup tangga menuju ke lantai atas dengan seng. Takut siswa naik dan mengalami kecelakaan.
Sebab, kayu-kayu di lantai atas sudah lapuk dan keropos.
Beberapa guru yang mencoba naik ke lantai atas pernah terperosok karena kayu yang diinjak patah.
Dari luar, kondisi lantai atas kelihatan reot. Kayu-kayu patah dan lepas.
Baca: Model Cantik Ini Meninggal Secara Mengejutkan
Bahkan, beberapa ada yang disambung menggunakan tali plastik.
Begitulah kondisi bangunan tua buatan tahun 1880 di SMPN 32 di Jalan Perniagaan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Oleh pihak sekolah, bangunan itu kini hanya dipakai untuk siswa menunaikan salat.
Selain itu, salah satu ruangan di bagian depan dipakai untuk ruang pramuka.
Saat hujan, siswa yang Salat mesti bergeser ke bagian tengah ruangan.
Sebab, sisinya bocor dan air bercucuran dari atas. Mengalir mengikuti tembok.
"Kalau sudah hujan, ya siswa tak lagi Salat disitu. Orang bocor begitu," kata Kepala Tata Usaha SMPN 32 Jakarta, Heri Sidik, ketika ditemui Wartakotalive.com di ruang kerjanya, Kamis (5/1/2017) sore.
Heri juga menyebut bahwa lahan SMPN 32 Jakarta pun kini sudah miring ke sisi utara.
Tanah di sisi utara amblas akibat banjir yang kerap menggenang di tahun-tahun sebelum Kali Krukut di depan sekolah dinormalisasi.
"Miringnya itu kelihatan dari air di got di sekolah ini. Ketika hujan dan air got terisi, semestinya air mengalir ke sisi selatan got. Sebab saluran untuk buangan air ada di sisi selatan. Tapi ini justru mengalir ke sisi utara dan akhirnya tergenang. Tak mengalir airnya ini," ucap Heri.
Miringnya sekolah di sisi utara pun kelihatan dari kondisi lapangan basket di sekolah itu.
Bagian sisi utara lapangan kini retak-retak akibat amblasnya tanah.
Heri mengatakan, pihaknya sudah berulang kali bersurat ke Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata DKI Jakarta untuk memperbaiki gedung sekolah.
"Tapi, belum dikabulkan juga sampai sekarang," kata Heri.
Bangunan tua SMPN 32 yang digunakan sebagai tempat salat itu didirikan tahun 1880.
Di tahun 1880 bangunan bergaya Tiongkok itu ditinggali oleh keluarga Kho Pu Tjien.
Keluarga itu kemudian menjadikan itu sebagai hotel.
Para pedagang dari luar Batavia pun kerap menginap di bangunan itu di tahun 1880-an.
Baru kemudian di tahun 1880 hotel diperbesar.
Dibuat bangunan baru bergaya Belanda yang melingkari bangunan bergaya Tiongkok.
Selanjutnya baru tahun 1950-an bangunan itu digunakan untuk sekolah.
Lantaran tadinya hotel, ruangan kelas di SMPN 32 Jakarta pun cenderung kecil.
Di dalam ruang kelas meja saling berhimpitan dan hanya menyisakan sedikit ruang untuk berjalan.
Penulis: Panji Baskhara Ramadhan