TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tutur katanya santun namun tegas dan mudah dimengerti. Setiap kalimat yang meluncur dari bibirnya tertata rapi sekaligus memiliki daya magis dan mengandung makna mendalam.
Apalagi jika bicara soal ideologi bangsa, Pancasila. Nyaris tak ada detail yang terlewat.
Dalam kegiatan lanjutan di hari kedua Sekolah Pemimpin Muda Kader Bangsa Fellowship Program (KBFP) angkatan 7, Yudi Latief, Ph.D didapuk menjadi pembicara dengan tajuk "Kaum Muda dan Strategi Kebudayaan Dalam Memperkuat Etos Kebangsaan Menuju Masyarakat Pancasila”.
Pesan Yudi Latief kepada peserta KBFP 7 yaitu menjalankan Pancasila bukanlah sekadar menunaikan kepentingan negara.
Jika anak muda menjalankan, memahami dan melaksanakan Pancasila, maka mereka sedang menumbuhkembangkan prestasinya.
Hasil dari prestasinya itulah yang dinikmati oleh lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dikatakan Yudi dijaga oleh banyak warna dan diperjuangkan oleh banyak warna pula.
Ketimbang antarwarna menegasikan satu sama lain, alangkah lebih baik bila semua warna ini saling berpadu menghadirkan pemandangan yang luar biasa.
Seperti itulah makna dari slogan Bhinneka Tunggal Ika. Keragaman harus menemukan titik temunya, sehingga bisa berinteraksi di ruang publik.
“Di dalam cara kita menyusun kerangka pengetahuan apa yang disebut dengan epistimologi. Maksudnya apa? Karena Indonesia ini sebagai miniatur global, di mana segala keragaman ada, barangkali Indonesia adalah negara yang besar, kata Bung Karno di mana Taman Sari Dunia segala keragaman itu hadir dan itu dicerminkan di dalam lima sila Pancasila. Jadi ada lima sila Pancasila itu merangkum seluruh kemungkinan diversity-nya global,” jelas Yudi Latief di Diskusi Kopi dan Ruang Berbagi, Jalan Halimun Raya no 11, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Untuk diketahui, para peserta KBFP angkatan 7 yang berjumlah 50 orang ini sangat beragam. Sebut saja ada dosen Universitas Malikussaleh asal Aceh, Yusri Kasim (31); Wali Kota Tanjung Balai Sumatera Utara, M Syahrizal (29); politisi muda Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Yolanda Ryan Armindya (26); dan staf humas Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Edrida Pulungan (35).
Kemudian juga ada Ketua KONI kota Bogor, M Beninnu Argoebie (35); pengusaha muda sekaligus peneliti yang fokus terhadap isu agama dan Timur Tengah, Nur Fadlan (31); Anggota DPRD Jawa Tengah periode 2014-2019, Abdul Hamid (34); sekretaris umum Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Denpasar, Ni Kadek Novi Febriani (25); aktivis lingkungan dan HAM asal Maluku, Izack Knyairlay (26); pegiat isu hukum dan advokat Hak Asasi Manusia di Papua, Welis Doga (32), dan masih banyak lagi.
Kagum KBFP
Yudi Latief pun begitu kagum dengan kebhinekaan para peserta KBFP 7, yang menurut ia, begitu beragam serta pluralisme. Di tempat yang sama, Yudi memberikan gambaran tentang makna dari ke-5 sila Pancasila itu kepada peserta KBFP 7.