News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kecelakaan Maut di Subang

Selalu Bersama, Pasangan Suami Istri Korban Kecelakaan Tanjakan Emen Meninggal Dengan Luka Sama

Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kuburan Jono dan Sugianti di pemakaman massal Taman Makam Legoso, Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi putra kesuma

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kesedihan masih menyelimuti keluarga korban kecelakaan maut di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, pada tanggal 10 Februari 2018 silam.

Dalam kecelakaan tersebut 26 orang meninggal dunia akibat bus kehilangan kendali hingga menabrak tebing dan satu sepeda motor.

Baca: Duda Ini Putar Musik Disko Pancing Bocah ke Rumahnya Sebelum Dicekoki Film Dewasa

Kesedihan terlihat masih menyelimuti Yuliana (33) karena kedua orangtuanya Jono (57) dan Sugianti (55) menjadi korban meninggal dalam kecelakaan tersebut.

Baca: Arca Misterius Ditemukan di Puncak Bukit Setelah Seorang Petani Mimpi Bertemu Pria Tampan

Diwawancarai TribunJakarta.com, ia mengatakan kedua orangtuanya memiliki luka yang sama akibat kejadian tersebut.

"Bapak dan Mamah pergelangan tangan kirinya retak, dan kepala belakang bagian kanannya ada bekas luka jahitan," ujar Yuliana di kediamannya di kawasan Legoso, Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Senin (5/3/2018).

Baca: Enam Bocah Pelaku Pelecehan Seksual Terhadap Anak di Bawah Umur Direhabilitasi

Yuliana mengatakan, dirinya juga bingung ketika mendapati kedua orangtuanya memiliki luka yang sama.

Ia menduga, luka yang ada di kepala belakang kanan itulah yang menyebabkan kedua orangtuanya meninggal.

Baca: PBB Diputuskan Jadi Peserta Pemilu 2019, Yusril Terharu Dipeluk Emak-emak

"Kalau kepala itu kan sensitif ya mas, jadi sepertinya kepala orang tua saya tertindih bagian badan bus atau semacamnya," tutur Yuliana.

Ia menceritakan, semasa hidup kedua orangtuanya sangat kompak dan selalu berdua kemanapun pergi.

Bahkan, ketika pergi ke warung di dekat rumahnya pun orang tua Yuliana selalu bersama-sama.

Kematian kedua orangtuanya, Yuliana anggap sudah menjadi takdir yang tidak bisa dilawan lagi.

Ia dan keluarganya pun sudah ikhlas, merelakan kepergian kedua orang tuanya untuk selama-lamanya.

Terakhir ia menambahkan, hingga saat ini ia selalu terbayang dan terkadang menangis sendiri jika mengingat Almarhum kedua orang tuanya.

"Saya gabisa bayangin gimana kondisinya ketika di dalam bus, sebab itu saya selalu menangis ketika mengingatnya," ucap Yuliana.

Berita ini sudah dimuat di Tribun Jakarta dengan judul: Sehidup Semati, Pasutri Korban Tanjakan Emen Ini Selalu Bersama Bahkan Luka yang Sama

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini