TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmad Zainal Abidin, mengatakan wadah kemasan makanan dan minuman berbahan dasar polystyrine foam (PS Foam) atau yang lebih dikenal dengan styrofoam aman bagi lingkungan.
Tidak seperti yang dipahami kebanyakan orang, ia mengatakan bahwa wadah kemasan makanan dan minuman styrofoam tidak merusak lingkungan, karena sifatnya yang mengapung di permukaan air saat banjir dan mudah didaur ulang.
Baca: Arteria Dahlan Minta Semua Pihak Hormati Kebijakan Pemerintah Terkait Cuti Lebaran
"Karena produk berbasis polistirena mengapung di atas permukaan air, ia tidak menyebabkan banjir. Selain itu, 95 persen udara yang terkandung di dalam produk membuatnya tidak bisa tenggelam dan tidak menyumbat saluran air," kata Zainal, di Karawang, Rabu (2/5/2018).
Ia mengungkapkan hal tersebut setelah melakukan kajian pada 10 sungai di Pulau Jawa seperti sungai Manggarai di Jakarta, sungai Wiso di Jawa Timur serta beberapa daerah yang terkena banjir seperti Cicaheum Bandung dan Pantai Cianjur Jawa Barat.
Dari kajiannya tersebut ia dan timnya menemukan bahwa penyebab banjir bukanlah berasal dari sampah wadah kemasan makanan dan minuman berbahan styrofoam yang diduga menyumbat selokan atau aliran air.
Menurutnya penyebab penyumbatan aliran air yang menyebabkan banjir dan oendangkalan sungai adalah sampah logam dan kayu.
Semwntara sampah styrofoam akan mengapung dan mudah diambil untuk didaur ulang.
"Penyebab banjir adalah pengelolaan limbah yang buruk yang akhirnya menghasilkan penyumbatan di selokan. Sampah berat seperti logam dan kayu bisa membuat permukaan air menjadi dangkal," kata Zainal.
Dalam pemaparannya, Zainal bahkan mencontohkan sampah bekas wadah kemasan styrofoam telah dapat didaur ulang menjadi bahan bakar minyak di Indramayu dan menjadi campuran panel beton ringan di Bali.
Zainal sendiri tidak menafikan bahwa styrofoam adalah material yang sulit hancur.
Namun keberlangsungan bahan styrofoam tersebut justru bisa menjadi nilai positif jika didaurulang menjadi barang-barang yang bisa berguna bagi masyarakat.
"Pengolahan sampah itu banyak caranya, tidak harus biodegradable (penghancuran secara biologis) namun juga bisa dilakukan dengan cara daur ulang. Untuk styrofoam, justru daya tahannya yang lama itu bisa digunakan sebagai bahan campuran pembuatan beton ringan seperti di Bali," kata Zainal.
Baginya, apa yang menyebabkan banjir dan masalah lingkungan lainnya bukanlah pada penggunaan styrofoam, namun pengelolaan sampah yang tidak tepat.