TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Narkotika Nasional (BNN) memusnahkan narkotika jenis sabu seberat 2,647 ton yang diperkirakan senilai Rp 3,3 triliun hasil kerja sama dengan Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polisi, TNI AL, dan Bea Cukai di Monas, Jumat (4/5/2018) siang.
Nilai fantastis tersebut didapat dari harga jual tiap satu gram sabu uang mencapai sekitar Rp 1,5 juta di Indonesia dikalikan 2,6 ton.
Sabu yang dikemas dalam bungkusan plastik bening dan plastik berwarna keemasan tersebut merupakan hasil tangkapan dari dua operasi yang berbeda.
Operasi pertama dilakukan oleh BNN TNI AL, dan Bea Cukai di perairan Batam dengan tangkapan sabu seberat 1,037 ton dan empat tersangka WNA asal Taiwan.
Operasi kedua dilakukan oleh Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri dan Ditjen Bea Cukai di Perairan Anambas Kepulauan Riau dengan hasil tangkapan 2,6 ton sabu dan empat tersangka WNA asal Tiongkok.
Deputi Pemberantasan BNN Inspektur Jenderal Arman Depari memperkirakan pabrik narkotika tersebut berada di beberapa negara antara lain Cina, Myanmar, dan Laos.
Ia juga mengungkapkan bahwa kini BNN tengah mencoba untuk melakukan penajaman penyelidikan tersebut dengan melakukan kroscek data dengan masing-masing negara tersebut.
Menurutnya hal itu peelu dilakukan agar BNN dapat mempelajari sindikat narkoba dan pihak-pihak yang bermain di belakangnya.
"Dan kita akan kita lakukan kroscek data kita di masing-masing negara yang terlibat supaya kita bisa pelajari lagi siapa sindikat ini dan siapa yang bermain di belakangnya," kata Arman di Silang Monas Barat Daya pada Jumat (4/5/2018).
Arman juga mengungkapkan bahwa operasi tersebut sudah dimulai sejak September 2017. Awalnya operasi tersebut merupakan perkembangan dari penangkapan 1 ton sabu di Anyer. Arman menduga bahwa seluruh sabu yang sudah diamankan teraebut berasal dari satu jaringan yang sama.
"Jadi ini prosesnya berkelanjutan, dari mulai penangkapan yang 1 ton di Anyer, kemudian berlanjut, 1,1 ton di Batam, berlanjut ke Australia 1,2 ton, berlanjut ke Batam di Anambas 1,6 ton. Lalu yang terakhir di Taiwan 831 kg. Dan ini kita duga sindikatnya sama," kata Arman.
Arman juga mengungkapkan bahwa dalam operasi tersebut pihaknya mengalami beberapa kesulitan di antaranya pengelolaan informasi, menyatukan persepsi dan visi, serta menyatukan tindakan operasional pihak-pihak terkait di lapangan.
Meski begitu, ia mengatakan bahwa proses penangkapannya terbilang lancar dan tanpa baku tembak. Dalam operasi tersebut diketahui diterjunkan sekitar 40 orang awak kapal patroli Sigurot-846.
"Kalau yang kemarin ini nggak ada baku tembak," kata Arman.