TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asisten Administrasi dan Kesejahteraan Rakyat Kota Jakarta Barat, Yunus Burhan, menanggapi perihal kericuhan yang terjadi di festival Lomba Pukul Bedug di Kantor Wali Kota Administrasi Jakarta Barat, Senin (28/5/2018).
Menurut Yunus, kericuhan terjadi lantaran adanya kesalahpahaman.
"Hanya kesalahpaham saja, miskomunikasi di saat pengumuman lomba pemenang," katanya saat menghubungi Warta Kota.
Ia melanjutkan, kesalahpaham itu antara pihak juri dan para peserta lomba.
Para peserta yang diutus dari kecamatan tak terima apabila yang memenangkan lomba itu dari peserta binaan Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Barat.
"Para peserta yang ikut lomba pukul bedug itu merupakan pilihan masing-masing kecamatan setempat. Sementara, ada satu kelompok atau peserta yang merupakan binaan kami (Pemkot Jakarta Barat) turut serta. Kami yang para kan memilih yang terbaik untuk lanjutkan di lomba tingkat provinsi, kebetulan yang menang ialah peserta dari binaan kami. Tetapi, para peserta lomba utusan masing-masing kecamatan saat itu tidak terima," paparnya.
Baca: Wapres AS Mike Pence pukul beduk di Istiqlal
Yunus menambahkan, akhirnya pemenangnya pun dianulir dan peserta lomba dari binaan di Pemkot Jakarta Barat diminta untuk mundur.
"Yang peserta lomba dari binaan, mau tak mau mengalah lah jadinya. Haduuh.." singkat Yunus sembari menerangkan pemasalahan itu sudah selesai dan kondusif.
Dikatakannya, pemenang pertama jatuh pada Kecamatan Tambora, juara kedua Kebon Jeruk dan juara ketiga Palmerah, terakhir Kecamatan Kembangan.
"Grup peserta berjumlah sembilan. Antara lain, delapan Kecamatan dan satu yang merupakan binaan Kota. Semuanya main, dan kami itu cari yang terbaik. Ternyata yang terbaik kan binaan kami. Namun masalah itu sudah beres. Perihal juaranya Tambora, juara dua Kebon Jeruk, dan juara tiga Palmerah serta juara empatnya dari kecamatan Kembangan," ujarnya.
Penulis: Panji Baskhara Ramadhan