TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Kepala Badan Nasional Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH selalu konsen dalam membentengi para mahasiswa agar terhindar dari penyebaran paham-paham radikal negatif tersebut.
Kali ini Kepala BNPT memberikan kuliah umum kepada sekitar 7.000 mahasiswa baru Universitas Indonesia (UI) dengan tema Resonansi Kebangsaan dan Bahaya serta Pencegahan Radikalisme di Balairung, kampus UI, Depok, Jumat (24/8/2018).
Suhardi Alius menjelaskan bahwa kuliah umum ini sebagai upaya untuk mempersiapkan generasi muda dalam memimpin bangsa ini kedepannya.
“Kita membantu semua Universitas, termasuk Universitas Indonesia. Disinilah kawah candradimuka, bahkan para pemimpin-pemimpin nasional juga lahir dari Universitas Indonesia, untuk itu saya berikan pencerahan kepada adik-adik mahasiswa ini mengenai bagaimana mengidentifikasi, bagaimana menghindari hal-hal yang sifanya negatif,” ungkap Suhardi Alius.
Mantan Kabareskrim Polri ini meminta kepada para mahasiswa fokus belajar demi mencapai cita-cita untuk menjadi generasi penerus yang luar biasa dalam upaya mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Jadi kami berikan mereka pemahaman dan guidance, kami asistensi semua, dari dosen sampai rektor Universitas Indonesia untuk ikut mengurus semua masalah-masalah yang bersifat negatif. Fokuslah belajar mengajar sehingga nantinya betul-betul mendapatkan sumber daya manusia yang baik untuk negeri Indonesia ini,” kata alumni Akpol tahun 1985 ini.
Lebih lanjut mantan Kapolda Jawa Barat ini menjelakan bahwa, bulan April lalu BNPT telah melakukan kerjasama bersama UI dengan menandatangani MoU yang mencakup di bidang penelitian, di bidang pencerahan, pemahaman-pemahaman serta kerjasama di bidang pengabdian masyarakat. MoU yang telah ditadatangai sebelumnya bisa didukung dengan hasil-hasil riset dan penelitian dari UI sehingga dapat menentukan formula dan cara yang tepat dalam menangkal radikalisme di lingkungan kampus.
“Kita ingin supaya mahasiswa ini mempunyai daya tahan ataupun resilience yang cukup untuk menghadapi perubahan dinamika global yang sangat luar biasa itu,” tutur mantan Sestama Lemhanas RI ini.
Pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini mengaku sangat konsen dalam memberikan pembekalan kepada mahasiswa di berbagai perguruan tinggi di Indonesia sebagai upaya untuk mempersiapkan para generasi muda dalam memimpin bangsa ini kedepannya.
“Itu yang paling utama, paling pokok adalah harus kita persiapkan generasi muda kita agar berkualitas sehingga mampu menghadapi tantangan masa depan yang sangat luar biasa ini,” ujar Komjen Suhardi Alius.
Sementara itu dalam kuliah umumnya mantan Wakapolda Metro Jaya ini juga menegaskan pentingnya penguatan nasionalisme guna menghadapi ancaman ideologi transnasional. Menurutnya dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, nilai-nilai kebangsaan yang ada mulai tergerus sehingga memudahkan anak muda untuk disusupi paham-paham radikal.
“Teknologi informasi saat ini itu udah tidak ada batasnya, udah borderless, gadget ada dimana-mana, memang ada sisi positifnya, tapi banyak juga sisi negatifnya, dari sini anak muda dijadikan target brain washing. Kita harus bisa cegah, harus bisa kita imbangi, karena itu kami dari BNPT merekrut duta damai dunia maya, generasi muda untuk melawan radikalisme, dimana mereka menggunakan bahasa milenial sehingga bisa diterima cepat oleh generasinya,” paparnya.
Sementara itu Rektor UI, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met, mengatakan kalau selama ini pihaknya sudah berusaha menyikapi permasalahan radikalisme di dalam kampus dengan memberikan mata kuliah kepribadian, melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (K2N), aksi kebangsaan, serta memiliki forum-forum yang menciptakan keberagaman.
“Itu menjadi satu kekuatan di UI ini. Kita ingin memotivasi mereka bahwa mereka itu adalah agen agen perubahan. Oleh karena itu apapun paham-paham yang mengarah kepada intoleransi itu kita cegah dari sedini mungkin,” jelas Prof Dr. Ir Muhammad Anis.
Anis mengakui bahwa radikalisme negatif bukan hanya sekedar bahaya nasional saja, tetapi sudah menjadi bahaya secara global Oleh karena itu pendidikan menjadi kunci utama dalam melindungi para generasi muda.
“Jadi dengan punya bekal pendidikan dilatar belakangi dengan nilai-nilai kebangsaan Insya Allah mereka bisa menjadi agen untuk mencegah juga kedepannya,” katanya.