Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Zaki Ari Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di belakang venue aquatic, Senayan, Jakarta, puluhan bus berjajar.
Sebagian besar tengah terparkir rapi, sebagian lagi tampak sibuk hilir mudik keluar-masuk area parkir.
Sekira 15 orang dengan seragam putih tengah duduk-duduk di antara bus-bus bertuliskan Asian Games, Trans Jakarta, juga Big Bird.
Satu di antara 15 orang itu adalah Dion, seorang Liaison Officer (LO) Bus Asian Games 2018.
Wajahnya basah bercucur keringat, sebuah ransel berwarna hitam menempel di punggungnya saat Dion duduk di sebuah separator jalan dekat penjual minuman ringan bersama teman-temannya yang lain.
"Lagi nunggu atlet dari siang," kata Dion yang sudah menunggu atlet Badminton China sejak pukul 12.35 WIB, Sabtu (25/8/2018).
Baca: Penjual Bakso Dekat Wisma Atlet Kemayoran Bercucuran Keringat Layani Pembeli Warga Asing
Selain menjadi penanggung jawab antara atlet, sopir bus, dan Patroli dan Pengawalan (Patwal), seorang LO Bus Asian Games juga harus menunggu berjam-jam para atlet yang sedang bertanding.
Sambil menunggu, sejumlah LO Bus Asian Games banyak yang memilih untuk duduk-duduk sambil meminum kopi.
Bekerja sebagai LO Bus Asian Games membuat mereka memiliki segudang pengalaman dengan tingkah laku atlet luar negeri.
Pasalnya sudah menjadi kewajiban mereka untuk mengantar para atlet asing dari wisma menuju venue pertandingan atau sebaliknya.
Dion pun tidak mau ketinggalan menceritakan pengalamannya, pria yang menjadi LO Bus Asian Games di sela-sela kuliahnya ini memiliki berbagai pengalaman dengan atlet-atlet asing.
"Saya bilang tenang dulu, baru dia duduk di bus," kata Dion ketika menghadapi atlet Vietnam yang mencak-mencak karena busnya tidak kunjung jalan dari Bandara Soekarno-Hatta.
Dion mengungkapkan, hal itu ia lakukan lantaran seorang atlet mencak-mencak.
Sebelum dirinya menyuruh salah satu atlet itu tenang.
Satu dari atlet telah menempeleng sang sopir karena bus tidak segera berangkat dari bandara menuju wisma.
"Mas, dia marah-marah," kata Dion menirukan sang sopir.
"Sopirnya gak bisa bahasa Inggris, makanya dia lapor ke saya. Baru saya bilang untuk tenang," jelas Dion.
Selain pengalaman buruk dengan atlet asing yang mencak-mencak, Dion juga menceritakan keramahan atlet China yang memberikannya buah tangan.
"Ada pelatih hoki China ngasih saya ini," kata Dion sambil menunjukan sebuah benda dari tasnya.
Benda tersebut berwarna merah dan memiliki bentuk melingkar, bagian bawah lingkarannya adalah benang-benang berwarna merah yang menjuntai ke bawah.
Ketika menceritakan pengalamannya diberikan oleh-oleh dari China, Dion mengubah nadanya menjadi lebih menggebu-gebu.
Benda berukuran sekira 5cm itu memiliki gantungan pada bagian atasnya, menyerupai gantungan kunci.
Setelah bercerita, Dion kemudian memasukan kembali barang tersebut ke dalam ranselnya.