Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Keputusan Doko (26) mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di kontrakan meninggalkan duka bagi keluarga dan tetangga sekitar.
Marni (57), tetangga yang kerap berbincang dengan Doko mengaku heran karena pria tersebut dikenal sebagai sosok penyayang anak perempuannya, M (5).
"Dia sayang dan manjain banget anak perempuan pertamanya. Pokoknya apa yang diminta anak pasti dibeliin. Kemarin pas ulang tahun minta sepeda langsung dibeliin. Itu sepeda lamanya digantung di luar kontrakan. Kalau sepeda barunya ada di dalam," kata Marni di Cimanggis, Depok, Minggu (26/8/2018).
Menurut Marni, ketika ayah dan ibunya sedang tak bertengkar, M lebih sering bermain dengan Doko.
Baru saat pasangan suami istri itu bertengkar, M dibawa istrinya Hera (24) pindah ke kontrakan temannya yang berjarak tak sampai 10 menit dari kontrakan.
"Almarhum dekat sama anaknya. Memang kalau malam pas Doko kerja anaknya cuman sama ibunya. Tapi kalau lagi di rumah ya main sama M. Kalau pas istrinya pindah baru ikut ibunya pergi," ujarnya.
Menurutnya, Hera kerap bermalam di rumah temannya sekira satu hingga tiga hari lalu kembali ke kontrakan yang disewa seharga Rp 1,2 juta.
Selama kepergian anak dan istrinya, Doko kerap berbincang dengan Marni yang memang warga asli RT 01/RW 10 Kelurahan Tugu.
Dari perbincangan itu Marni mengetahui bahwa Doko tak ingin anaknya kehilangan sosok orangtua, baik karena meninggal ataupun karena bercerai.
"Kalau anaknya dibawa pergi dia suka nanya sama saya di mana M. Dia bilang enggak mau anaknya kehilangan sosok orangtua. Pokoknya dia sayang banget sama anaknya. Pas anaknya pergi itu dia sering nangis," tuturnya.
Perihal keberadaan M saat Doko tewas, Marni menyebut bocah malang yang baru masuk TK pada Juli lalu itu berada bersama ibunya.
Baca: Lelaki yang Gantung Diri Setelah Video Call Dengan Istri Ternyata Sempat Tusuk Perut Sendiri
Namun saat Hera mendatangi kontrakan, perempuan yang menjerit bahwa suaminya masih hidup dari depan kontrakan itu tak membawa M turut serta.
"Waktu kejadian kemarin anaknya enggak dibawa. Mungkin karena bingung harus menjelaskan ke anaknya kalau ayahnya sudah meninggal. Ibunya saja menangis histeris sampai pingsan. Tapi M ikut sama ibunya pulang kampung untuk nguburuin almarhum," ucap Marni.
Soal kondisi ekonomi, meski tak mengetahui pasti apa pekerjaan yang dilakoni Doko di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.
Marni menyebut pria yang sudah lebih dari enam bulan tinggal di lingkungan RT 01/RW 10 itu sedari awal memiliki satu mobil dan sepeda motor Yamaha Nmax.
"Satu minggu sebelum kejadian dia memang kata enggak bekerja. Tapi saya enggak pernah lihat ada debt collector yang datang nyari dia. Kondisi dia ekonomi sepertinya cukup. Mobilnya diparkir di belakang kontrakan," lanjutnya.
Pita (23) yang juga merupakan tetangga Doko membenarkan pernyataan Marni bahwa almarhum menyayangi anaknya.
Meski pernah beberapa kali menyatakan akan bunuh diri saat bertengkar dengan Hera.
Ia selalu menangis saat istri yang sudah lima bulan itu membawa M pergi ke kontrakan temannya.
"Kalau anaknya dibawa pergi memang suka menagis. Perginya sih enggak lama, paling cuman satu sampai tiga hari. Mungkin buat nenangin dirinya habis berantem," jelas Pita.
Sebagai informasi, jasad Doko ditemukan dua kerabat yang hendak berkunjung pada Jumat (24/8/2018) sekira pukul 17.30 WIB dalam keadaan gantung diri menggunakan sarung yang dikaitkan di kusen pintu kamar tidur.
Karena Doko tak kunjung merespon panggilan serta curiga melihat TV di ruang tamu yang menyala dan lampu kontrakan mati.
Menggunakan senter, kerabat Doko mengintip melalui ventilasi pintu masuk lalu melihat jasad Doko tergantung di kusen pintu kamar tidur.
Setelah dibantu warga sekitar mendobrak pintu kontrakan yang terkunci, warga lalu bergegas menghubungi Polsek Cimanggis.
Jasad Doko dikeluarkan dari kontrakan sekira pukul 20.30 WIB bersamaan saat personel Polsek Cimanggis memasang garis polisi di pintu kontrakan.
Pantauan TribunJakarta.com, garis polisi masih terpasang di pintu kontrakan yang sudah dihuni Doko dan Hera sekira enam bulan.
Lampu teras dan ruang tamu tampak menyala meski kontrakan itu tak lagi berpenghuni.
Sementara sepeda roda tiga lama milik M yang disebut Marni tergantung di sisi kiri kontrakan bersama satu karung mainan yang sudah tampak usang.