Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Afriyani Garnis
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Abdul Latif (30) sudah dua tahun bekerja sebagai tukang perahu eretan di Kali Sunter Plumpang.
Selama menjadi tukang perahu eretan, Abdul sapaan akrabnya tidak pernah meninggalkan perahunya kecuali untuk ke kamar mandi.
"Kalau saya tidak ada kadang warga suka marah karena nunggu, jadi saya kalau apa-apa serba tergesa-gesa. Seperti lagi makan contohnya," ujar Abdul.
Karena hal tersebut Abdul kerap kali menahan lapar bahkan sampai sakit karena tidak teratur makannya.
Baca: Fakta-fakta Mahasiswa UIN Diduga Terlibat Video Mesum
Abdul tidak memiliki tempat tinggal di Jakarta, ia tidur dan mencuci di perahu yang dioperasikannya.
Jika hendak mencuci, Abdul menggunakan air yang dibelinya dari tukang air keliling.
Kemudian mencuci dan menjemurnya diatas perahunya.
Diatas perahu berukuran sekira 2,5x6 meter tersebut Abdul mengantungkan hidupnya.
Ia merupakan seorang Ayah dari dua anak yang masih kecil.
Anak pertamanya sudah berumur 4 tahun sedangkan anak keduanya berumur 2 tahun.
Menjadi tukang perahu eret membuat Abdul terpisah dengan anak istrinya di kampung.
Dalam satu hari Abdul mendapat penghasilan berkisar Rp 100 ribu - Rp 150 ribu.
Penghasilan tersebut otomatis akan dipotong untuk biaya sewa perahu Rp 35 ribu per hari.
Abdul hanya hanya mematok seribu rupiah untuk warga yang menggunakan jasa perahu eretnya.
Namun, sampai saat ini masih banyak warga yang tidak nembayar jasanya mengeret perahu.
"Kalau naik perahu eret ngak mahal, cuma seribu saja. Tapi walaupun murah ada aja orang yang ngak bayar. Bilangnya ntar ya bang pas pulang, tapi ngak taunya ngak ada," ceritanya pada wartawan TribunJakarta.com, Selasa (2/10/2018)
Tinggal di atas perahu membuat Abdul kerap menahan panas dan dinginnya cuaca saat siang dan malam hari.
Saat cuaca sedang dingin Abdul kerap merasa kedinginan bahkan tidak bisa memejamkan matanya.
Ia pun menceritakan kondisinya menghadapi situasi diatas saat sedang hujan.
"kalau hujan saya ngak bisa tidur, airnya masih tampias ke tempat saya tidur. Saya juga arus waspada kalau sewaktu-waktu air pasang," ujarnya
Pantauan wartawan TribunJakarta.com, Selasa (2/10/20!8) perahu yang dioperasikan Abdul sama sekali tidak memiiki lampu dan aliran listrik sama sekali.
Abdul meletakkan peralatan makannya di dekat tempatnya duduk.
Ada satu piring, satu mangkok dan satu sendok makan yang digunakan Abdul untuk keperluan makannya . Selain itu, tampak galon isi ulang yang digunakan Abdul untuk menampung air minumnya.
Untuk mengecas handphone miliknya, Abdul mentipkannya ke warung terdekat dengan perahunya.
Ada satu piring, satu mangkok dan satu sendok makan yang digunakan Abdul untuk keperluan makannya . Selain itu, tampak galon isi ulang yang digunakan Abdul untuk menampung air minumnya.
Untuk mengecas handphone miliknya, Abdul mentipkannya ke warung terdekat dengan perahunya.
Satu di antara pelanggan setia Abdul ialah Pak Nok (45) ia menggunakan jasa Abdul setiap hari, pagi dan malam.
"Saya sudah langganan sama dia sudah lama, pagi saat berangkat kerja sama malam pas mau pulang,"ujarnya.
Perahu eret Abdul beroperasi sejak pukul 04.30 sampai tengah malam sesuai dengan kondisi badannya.
"Saya mulai operasi pukul 04.30 sampai secapeknya aja," tandasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Kisah Abdul Selama 2 Tahun Tidur dan Cuci Baju Diatas Perahu Eretan di Kali Sunter,