TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapten Komarudin yang terlibat dalam perkelahian pada Senin (10/12/2018) di kawasan Cibubur dengan juru parkir setempat, dipegangi tangannya dari belakang oleh salah satu pelaku, berinisial HP.
HP juga lah yang membereskan posisi motor lain hingga terkena kepala Kapten Komarudin yang sedang mengecek kondisi motor.
"Jadi, HP ini yang memegangi tangan Kapten Komarudin dari belakang. Sehingga, teman-temannya dapat memukuli anggota TNI ini," jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono.
Sementara empat tersangka lainnya, memukul dan mendorong dua anggota TNI, yakni E, D, IH dan SR.
Keempatnya ditangkap secara terpisah di rumah masing-masing.
"Untuk yang tersangka D, kami tangkap di Cawang. Dia sebelumnya sempat kabur ke Sukabumi. Tapi, kami dapat kabar, dia suka nongkrong di Cawang. Jadi, kami tangkap di sana," ujar Argo.
Baca: Masyarakat Diminta Tidak Percaya Kabar Bohong, Belum Tentu Badan Kotak-kotak Berambut Cepak itu TNI
Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Roycke Harry Langie mengatakan pengeroyokan dua anggota TNI di Ciracas, Jakarta Timur dipicu karena faktor psikologi massa.
Pengeroyokan tersebut dipicu oleh tersangka Herianto Pandjaitan. Namun tersangka lain malah ikut mengeroyok karena faktor spontanitas.
"Dari hasil sidik lihat temannya (ribut), secara spontan lakukan penganiayaan. Ini sesuai psikologi massa. Itu terangkai dalam fakta kejadian," ujar Roycke di Polda Metro Jaya.
Roycke menambahkan bahwa dalam kasus ini tidak ada tersangka lain. Dia menyebut pelaku hanya berjumlah lima orang.
"Kasus ini dari fakta penyidikan hanya lima orang yang jadi tersangka. Tak ada lagi," jelas Roycke.
Seperti diketahui, dua orang anggota TNI, dari TNI AL Kapten Komarudin dan anggota TNI AD, Pratu Rivonanda terlibat perkelahian dengan tukang parkir di kawasan Pertokoan Arundina.
Peristiwa itu terjadi pada Senin 10 Desember lalu bermula dari tukang parkir yang menggeser sepeda motor tapi mengenai kepala Kapten Komarudin yang saat itu tengah mengecek knalpot sepeda motornya yang berasap. (Tribunnews/Amryono Prakoso)