News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tsunami di Banten dan Lampung

Cerita Citra, Dua Jam Jalan Kaki di Tengah Malam Naik Bukit untuk Hindari Tsunami

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga meratapi anggota keluarganya yang belum ditemukan setelah menjadi korban tsunami yang melanda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Senin (24/12/2018). Menurut BPBD Lampung Selatan sampai dengan sore pukul 17.00 WIB 24 Desember 2018, jumlah korban meninggal akibat gelombang tsunami yang menerjang pesisir kabupaten Lampung Selatan sebanyak 77 jiwa. TRIBUN LAMPUNG/PERDIANSYAH

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Citra Aliyani (14) berhasil menyelamatkan diri saat gelombang Tsunami menerjang Pantai Anyer pada Sabtu (22/12/2018) malam.

Citra harus berjalan 2 jam pada tengah malam tersebut dengan kondisi gelap untuk menyelamatkan diri.

Citra menceritakan dirinya ikut bersama kaka dan ayahnya dalam gathering yang diadakan pengurus Partai Golkar Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi di Wisma Kompas Jalan Raya Pantai Carita Karang Bolong, Anyer, Banten.

Dirinya berhasil selamat namun, ayahnya tidak dikarenakan kala itu sedang keluar mancing.

"Ayah bilang mau mancing dulu, kamu disini dulu sama kakak. Yaudalah saya biarin aja, palingan mancing sama teman-teman," ucapnya saat ikut menyaksikan prosesi pemakaman ayahnya di TPU Prahu Pejuang, Medan Satria, Senin (24/12/2018) sore.

Baca: Kesaksian Warga Melihat Rumahnya Diterjang Ombak Setinggi Pohon Kelapa

Kemudian, beberapa jam kemudian ada dua bapak-bapak datang ke villa memberitahukan agar keluar dan mencari lokasi tinggi karena ombak mau naik.

"Saya sempat engga mau karena ayah belum kembali ke villa. Saya coba telpon ayah tersambung tapi engga dijawab, sampai akhirnya bapak itu paksa saya untuk menyelamatkan diri bersama yang lainnya," jelasnya.

Ia terpaksa tidak menunggu ayahnya, untuk ikut bersama rombongan dan warga lain menyelamatkan diri.

"Saya kepanggil juga, semua pada naik satu villa ke daratan tinggi. Ada yang malam itu juga pulang naik mobil," katanya.

Ia mengatakan air laut kala dia pergi belum masuk ke villa baru sampai halaman depan villa.

"Saat di tengah perjalanan menyelamtkan diri saya sempat hubungi ayah tetapi sudah tidak aktif nomornya," ungkapnya.

Dirinya pada Sabtu malam hingga minggu pagi menginap di salah satu masjid dengan jarak tempuh 2 jam berjalan kaki.

"Saya engga tahu di masjid mana, di hutan gelap gitu. Kita ngungsi dulu, baru minggu paginya pulang ke Bekasi," katanya.

Ia baru mendengar ayahnya meninggal saat Senin (24/12/2018) pagi ini.

"Saya pas sampai rumah nangis seharian engga kuat. Ayah saya gimana nasibnya, dapat kabar meninggal Senin pagi," ujar Citra.

Citra menjelaskan sebelum kejadian itu sempat ada firasat bakal terjadi Tsunami.

"Iya ada firasat, aku ada rasa bingung-bingung gitu. Aku sempet ngomong gini ke kaka, 'kayaknya bakal ada Tsunami deh. Jawab kakak 'sudah tidak usah dipikirin cuma firasat aja'," katanya.

Ia menilai korban sebagai sosok ayah yang perhatian dan bertanggungjawab.

"Ayah itu perhatian banget, tanggung jawab sama anaknya. Ayah suka ngelucu juga, aku suka dikasih hadiah," paparnya.

Diketahui ayah Citra bernama bernama Sulaeman (38) warga RW 09 Kelurahan Pejuang, Medan Satria.

Sulaeman sempat dikabarkan hilang bersama tiga warga Kota Bekasi yakni H. Masnadi (42), Nurhasan (32), dan M Soleh (40).

Keempat korban warga Kota Bekasi itu ikut bersama 61 rombongan lainnya dalam acara pertemuan seluruh pengurus Partai Golkar tingkat Kelurahan Pejuang Kota Bekasi.

Mereka berangkat yang berlibur ke Pantai Anyer pada Sabtu, (22/12/2018) pagi dan menginap di hotel dekat Pantai Anyer.

Penulis: Muhammad Azzam

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini