TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Macet di Jakarta makin menggila, bahkan sudah dianggap wajar oleh sebagian besar orang.
Makin hari, warga harus berangkat makin pagi agar kemacetan yang dihadapinya berkurang.
Tentu saja, macet yang makin parah membuat warga harus menghabiskan waktu lebih lama di jalanan.
Bayangkan, berapa lama waktu terbuang hanya untuk duduk diam di dalam kemacetan?
Belum lagi BBM yang terbakar percuma, apalagi jika pakai BBM bersubsidi?
Redaksi mengambil data riset dari TomTom Traffic Index 8 Januari 2019, pukul 15:10.
Dari data tersebut, disebutkan bahwa kecepatan real time kendaraan yang melintas di Jakarta secara rata-rata adalah 20 km/jam.
Sementara optimalnya kecepatan kendaraan yang bisa ditempuh di Jakarta hanya 23 km/jam.
Total ada 6224 Kilometer jalanan Jakarta yang diambil datanya oleh TomTom.
Data tersebut diambil dari Tomtom trafic flow, yaitu kecepatan rata-rata kendaraan di jalan tol, jalan utama, dan jalan kecil.
Adapun Tomtom Trafic Flow ini mengambil informasi dari jutaan GPS di kendaraan dan menunjukkan kecepatan rata-rata kendaraan secara real-time.
Baca: Jokowi: Rp 65 Triliun Terbuang Percuma Karena Kemacetan di Jabodetabek
Selain di Jakarta, informasi kemacetan real time dari TomTom ini juga tersedia di 52 negara di dunia.
Menurut data TomTom, kota Jakarta menjadi kota termacet ketiga setelah Mexico City dan Bangkok.
Bahkan, setiap Senin pagi (07.00-08.00 WIB) angka kemacetan akan bertambah paling tinggi, mencapai 68 persen.
Sementara di jam pulang kerja (17.00-18.00 WIB), ternyata hari paling macet adalah Kamis, yang membuat pengemudi harus menempuh perjalanan lebih lama 98 persen dari semestinya.
Artinya, pulang kerja di hari Kamis sore, perlu waktu hampir dua kali lipat lebih lama.
Maka di Jakarta rata-rata pengemudi harus mengalami perjalanan lebih lambat 48 menit setiap hari, atau total 184 jam per tahun.