News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sampah Menutup Kali Pisang Batu Hingga Setebal 50 Cm, Ini Fakta yang Dikeluhkan Warga

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tumpukan sampah memenuhi Kali Pisang Batu di Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jumat (4/1/2019)

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI -- Kali Pisang Batu di Desa Pahlawan Setia, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi dipenuhi sampah sepanjang 1,5 kilometer.

Sampah rumah tangga seperti plastik bekas kemasan detergen, sampo, botol air mineral, hingga kasur bercampur di permukaan kali.

Sampah menumpuk dengan ketebalan mencapai sekitar 50 sentimeter sehingga menutupi air kali yang hitam pekat.

Bau tak sedap tercium di sekitar kali. Sejak ramai diperbincangkan, lautan sampah tersebut mulai diangkut sedikit demi sedikit sejak Sabtu (5/1/2019).

Dua alat berat dikerahkan dan ratusan truk telah mengangkut sampah tersebut. Hingga hari ke empat, sebanyak sekitar 300 ton sampah sudah diangkut.

Sampah yang didominasi plastik memenuhi sepanjang Kali Pisang Batu, Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/1/2019).

Baca: Pelapor Andi Arief Dicecar 20 Pertanyaan Selama 3,5 Jam di Bareskrim Polri

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi menduga sebagian besar sampah berasal dari aliran kali di wilayah Kota Bekasi.

Sebab, dengan jumlah sampah yang begitu banyak dirasa tidak logis jika dikatakan sampah hanya berasa dari warga sekitar bantaran kali tersebut.

Desember 2018 lalu, Kali Pisang Batu itu hanya terdapat eceng gondok dan lumpur.

Hal itu membuat pemerintah setempat menormalisasi kali. Usai dinormalisasi, beberapa minggu kemudian muncul tumpukan sampah yang menghambat aliran kali.

Warga sekitar mengaku tak membuang sampah sembarangan ke kali tersebut. Kini, sudah lebih dari sebulan, warga sekitar Kali Pisang Batu di Desa Setia Asih, Setia Mulya, dan Pahlawan Setia menanggung akibat pencemaran sampah di kali itu.

Warga melintas disamping sampah yang didominasi plastik di sepanjang Kali Pisang Batu, Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/1/2019).

Baca: 5 Fakta Tewasnya Dua Sejoli Bersimbah Darah di Kamar Hotel: Motif Kematian Akhirnya Terungkap

1. Bau menyengat dan banyak nyamuk Maria, warga Desa Pahlawan Setia, mengaku susah tidur pada malam hari karena terganggu banyaknya nyamuk dan bau imbas sampah di Kali Pisang Batu.

Ketika malam hari, nyamuk dan bau makin menyengat karena terbawa angin malam sangat menganggu warga yang hendak beristirahat.

Merusak pemandangan. Enggak pernah penyakit, (tapi) dari baunya mengganggu. Lalat dan nyamuk malam banyak. Terganggu sama bau. Gara-gara bau, jadi susah tidur saya," kata Maria kepada Kompas.com, Selasa (8/1/2019).

Sampah yang didominasi plastik memenuhi sepanjang Kali Pisang Batu, Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/1/2019).

2. Khawatir banjir dan terkena gatal-gatal Air Kali Pisang Batu yang berwarna hitam pekat serta mengeluarkan bau menyengat kerap meluap akibat tersendat sampah, lalu hujan dan merendam permukiman warga di sekitar kali.

"Kalau hujan di sini kadang banjir, bisa hampir satu meter masuk rumah. Airnya kan hitam tuh, bau lagi, kalau banjir itu kami sengsara banget deh soalnya airnya kotor banget. Kami mengungsi ke masjid deh," kata Aslia, Warga Desa Pahlawan Setia.

Menurut dia, air kali dapat menimbulkan gatal-gatal jika tersentuh tubuh. Dia pun khawatir ketika banjir datang dapat menyebabkan penyakit.

"Itu (air kali) kalau tersentuh tangan bisa gatal langsung. Enggak tahu ya, mungkin karena kotor banget sampai hitam begitu," ujar Aslia.
Warga menggunakan sepeda motor melintas disamping sampah yang didominasi plastik di sepanjang Kali Pisang Batu, Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/1/2019).

3. Kesulitan air bersih Kondisi air kali yang hitam serta menimbulkan bau menyengat berdampak pada air perumahan dan sumur di permukiman warga yang ikut menjadi bau.

Hal itu menyebabkan kondisi air di permukiman warga sudah tidak bagus pasca-Kali Pisang Batu tercemar tumpukan sampah.

"Buat mandi bau, kami pakai air itu dulu terus bilas pakai air PAM yang kami beli. Air sumur cuma buat nyuci saja," kata Amin, warga Desa Setia Mulya.

Amin mengaku harus membeli air PAM sebesar Rp 6.000 per galon untuk kebutuhan masak dan mandi.

4. Air sumur harus diendap 12 Jam Warga mengakali air sumur dan perumahan yang menjadi bau dengan mengendapkan air selama 12 jam untuk menurunkan lumpur dalam air.

"Air harus diendapkan dulu 12 jam baru kami pakai. Kalau enggak begitu, air enggak layak buat dipakai. Biar tunggu lumpur pasirnya turun dulu," ujar Amin.

Usai diendap, warga baru bisa menggunakan air untuk mandi pagi dan sore hari. Namun, meski sudsh diendap, air tetap tercium bau.

"Ini saja sudah diendapin masih bau, jadi kami buat mandi pagi nih, nah itu malam sudah kami isi pakai ember. Terus kalau buat mandi sore, dari pagi sudah mulai kami isi air," tutur Amin.

Warga berharap masalah ini dapat diatasi hingga tuntas. (Dean Pahrevi)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mendengar Keluhan Warga yang Tinggal Dekat Tumpukan Sampah Kali Pisang Batu Bekasi...",

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini