News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kenapa Kerap Turun Hujan Saat Perayaan Tahun Baru Imlek? Ternyata Ini Penyebabnya

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menyambut datangnya hari Raya Imlek puluhan umat Tri Dharma melakukan bersih-bersih Kim-Sin, Rupa atau Arca biasanya dilakukan setelah acara Sang-Sin yaitu perjalanan mengantar Dewa Dapur menghadap ke Thiankong atau Tuhan Allah, Selasa (29/1). Selain melakukan pembersihan Kim-Sin mereka juga melakukan pembersihan Klenteng Low Lie Bio. Tempat peribadatan umat Tri Dharma Low Lie Bio atau kebun jeruk ini di dirikan oleh Low Tjhioe pada tahun 1890-1974 dan Lie Hoo Soen pada tahun 1898-1986. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tahun Baru Imlek selalu identik dengan musim penghujan.

Di indonesia, menjelang atau saat perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada bulan Januari hingga Februari biasanya juga memiliki curah hujan cukup tinggi.

Bahkan sejumlah masyarakat Tionghoa memiliki keyakinan apabila di saat tepat Tahun Baru Imlek hujan, maka akan ada keberuntungan (hoki).

Lalu apa sebetulnya yang menyebabkan menjelang dan saat Tahun Baru Imlek selalu hujan?

Bahwasannya secara ilmiah, periode Imlek terjadi antara bulan Januari dan Februari, sehingga identik dan bersamaan dengan bulan-bulan puncak musim hujan.

Baca: Ramalan Shio Tikus Jelang Imlek di Tahun Babi Tanah 2019, Apakah Penuh Keberuntungan?

Memang, Tahun Baru Imlek selalu jatuh antara akhir Januari atau awal Februari.

Seperti misalnya tahun 2019 ini, Tahun Baru Imlek 2570 jatuh pada tanggal 5 Februari 2019.

Hal ini terjadi karena penghitungan hari dalam Imlek merupakan gabungan berdasarkan fase bulan mengelilingi bumi dengan bumi mengelilingi matahari (lunisolar).

Itulah sebabnya hari dalam tahun Imlek tidak sama dengan kalender Masehi ataupun Hijriah, tidak tepat pada 1 Januari.

Lalu apabila ditelusuri lagi sejarahnya, Imlek memang merupakan awal hari musim semi yang dirayakan oleh leluhur orang Tionghoa di China atau Tiongkok.

Dilansir dari Tribun Jateng, Ketua Yayasan Klenteng Kebun Jeruk TITD Low Lie Bio Indra Satya Hadinata mengungkapkan, nenek moyang orang Tionghoa bermatapencaharian petani yang mengandalkan penghidupan mereka dari bercocok tanam.

Tahun Baru Imlek sekaligus menandakan dimulainya musim semi.

"Di Tiongkok yang kala itu mayoritas penduduknya hidup bertani, maka perayaan Imlek adalah perayaan musim semi," katanya.

Musim semi membawa kabar gembira dan pengharapan bagi petani.

Para petani itu dapat memulai kegiatan bercocok tanam setelah berlalunya musim dingin yang menyebabkan aktivitas bekerja mereka terhenti.

Meski orang Tionghoa kini banyak yang berprofesi di luar petani, mereka tetap melanggengkan tradisi.

Indra mempercayai, hujan sebagaimana air, selalu mendatangkan rizki.

"Air merupakan salah satu sumber kehidupan. Maka waktu tahun baru Imlek sering bersamaan dengan turunnya hujan karena dipercaya membawa rizki bagi orang Tionghoa," katanya.

Penulis: Yosia Margaretta

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini