TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Relawan Golkar Jokowi (Gojo), Rizal Mallarangeng mengatakan dirinya melihat tema dasar pemilu kali ini antara pesimisme dan optimisme.
"Pesimisme berangkat dari rasa kecemasan yang berlebihan, sedangkan optimisme merupakan bagian dari keyakinan akan kemampuan bangsa," ungkapnya saat diskusi bertajuk "Cendekiawan & Kekuasaan : Introspeksi Kampanye Pemilu 2019" yang digagas Opapaci.news di bilangan Guntur Manggarai, Jakarta Selatan, Kamis (28/2/2019).
Selain Rizal Mallarangeng, diskusi tersebut juga menghadirkan Miftah Sabri dari tim BPN Prabowo-Sandi dan dimoderatori Dadi Krismatono.
Dikatakan Rizal, Pemilihan Umum 2019 merupakan pertarungan antara konsep pemikiran pesimisme dan optimisme.
Watak pesimisme diakui Rizal Mallarangeng ada pada diri Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto dan rasa optimisme ada pada diri Joko Widodo (Jokowi).
"Semuanya bisa terlihat dari berbagai pernyataan Prabowo, mulai dari pernyataan Indonesia bubar, negara yang dikontrol asing, dan lain sebagainya. Jika Prabowo ada pesimisme kita terlalu terkontrol oleh pihak lain. Pesimisme, dan kecemasan itu dasarnya kosong," jelasnya.
Rizal Mallarangeng mengakui, tidak berkembangnya pemikiran Prabowo salah satu penyebabnya adalah kurangnya masukan dari kalangan cendekiawan yang selama ini berada di lingkaran kubu 02.
"Padahal, jika diperhatikan, ide-ide Prabowo juga termasuk dalam ide besar yang dibutuhkan negara. Namun kurang dalam pengeksplorasiannya. Kemana kaum cendekiawan yang berada di lingkaran Prabowo? Ide-ide besar, tapi kosong tidak ada argumennya. Hutang luar negeri membengkak, dicuri oleh asing dan lain-lain. Tipologi Prabowo sukanya konsep besar, tapi kok gak ada isinya, kosong melompong. Seharusnya tim cendekiawannya dapat mengisi itu," selorohnya.
Sementara itu, Miftah Sabri mengakui bahwa pesimistisnya Prabowo bukan berarti pesimis dengan kemajuan negara Indonesia.
Prabowo diakui Miftah Sabri hanya memberi peringatan kepada pengelola negara Indonesia saat ini untuk tidak lengah.
"Jadi bukan berarti pesimis, Prabowo hanya mengingatkan, seperti halnya jika ada anak kecil yang tidak belajar kemudian orang tua si anak mengingatkan bahwa jika tidak belajar nanti tidak naik kelas," jelasnya.