TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Soetrisno Bachir menghormati sikap politik Persyarikatan Muhammadiyah yang memposisikan diri tidak berpihak pada salah satu pasangan calon presiden (capres).
Namun demikian, sebagai warga Muhammadiyah, dirinya perlu mengajak warga Muhammadiyah lainnya agar menjatuhkan pilihannya berdasarkan pendekatan rasional dan spiritual.
Demikian disampaikan Ketua Umum Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Soetrisno Bachir saat menyampaikan pidato Arah Baru Ekonomi untuk Indonesia Berkemajuan dalam Simposium Ekonomi Indonesia yang diselenggarakan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM), Sabtu (23/3/2019).
"Pendekatan rasional yang paling mudah dinilai adalah pada prestasi kerja bidang ekonomi dari masing-masing capres," ungkap Soetrisno.
Sebagai ketua KEIN, yang tugasnya memberikan nasehat pada presiden, ia mengatakan, indikator ekonomi makro selama Pemerintahan Jokowi menunjukan capaian yang positif, sehingga memunculkan optimisme dari berbagai kalangan. Hal ini tercermin pada terkendalinya laju inflasi, mempertahankan pertumbuhan ekonomi, serta penciptaan lapangan kerja.
"Ditengah situasi ekonomi dan politik global yang tidak menentu, pemerintah mampu mempertahankan pertumbuhan pada tingkat yang cukup baik," tutur Soetrisno.
Ia menolak penilaian berbagai kalangan yang mengatakan Kabinet Kerja gagal mewujudkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 7%. Untuk mencapai pertumbuhan sebesar itu dibutuhkan situasi ekonomi dan politik yang kondusif.
Padahal dalam realitasnya, perkembangan dan kebijakan ekonomi global turut berpengaruh pada Indonesia, seperti kenaikan suku bunga Fed, perang dagang Amerika Serikat-China, gejolak di Venezuela, dan persiapan pelaksanaan British Exit (Brexit) pada Maret 2019.
Namun demikian, situasi ini dapat diatasi Kabinet Kerja sehingga mampu mengendalikan makro ekonomi pada tingkat yang cukup baik.
Kinerja Kabinet Kerja yang dipimpin Jokowi, kata Soetrisno, tercermin pada pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% selama empat tahun terakhir dan laju inflasi sebesar 2,82%.
"Ini posisi terendah dalam 20 tahun terakhir sehingga masyarakat tetap terjaga tingkat kesejahterannya," ujarnya.
Hal ini berdampak pada angka pengangguran terbuka turun 5,34% atau 7 juta orang. Makin besarnya serapan lapangan kerja menurunkan angka kemiskinan 1 digit, yaitu sebesar 9,82% per Maret 2018.
Penurunan ini mempersempit kesenjangan kelompok miskin dan kaya. Indikatornya terlihat pada gini ratio menjadi 0,39 dibandingkan sebelumnya 0,41 per Maret 2011.
Keberhasilan ini tidak lepas dari fokus pembangunan Kabinet Kerja. Presiden Jokowi memprioritaskan pembangunan infrastruktur, maritim, energi, pangan, dan pariwisata. Lima prioritas sektor pembangunan ini bersinggungan langsung dengan ekonomi kerakyatan.
"Apa yang saya sampaikan ini adalah pendekatan rasionalnya. Sedangkan pendekatan spiritualnya sangat kualitatif, tapi saya bisa menjelaskannya," kata Soetrisno.
Ia menerangkan bahwa pilihannya tidak berubah setelah memperhatikan langsung perilaku Jokowi dan ketetapan hatinya usai berdo'a.
Soetrisno menjamin berita-berita di media sosial mengenai Jokowi jauh dari amalan sebagai seorang muslim adalah tidak benar. Amalan sehari-hari Jokowi itu cerminan seorang muslim yang taat.