Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) membentuk tim investigasi untuk mengusut kasus meninggalnya Aurellia Qurratu Aini alias Aurel.
Hal itu tegas disampaikan Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti dalam keterangan resminya, Selasa (6/8/2019).
"Pemerintah kota Tangsel semestinya tidak tinggal diam, namun segera membentuk tim investigasi bentukan Wali Kota Tangsel yang akan melakukan investigasi dalam proses pelaksanaan pelatihan Paskibra kota Tangsel," jelas Retno.
Baginya, selain penegakan hukum, sikap dari Pemkot Tangsel sebagai pemimpin tertinggi di kota hasil pemekaran Kabupaten Tangerang itu, tidak kalah penting.
Seperti diberitakan TribunJakarta.com sebelumnya, meninggalnya Aurel pada masa pendidikan dan pelatihan (diklat ) Paskibraka yang sedang dijalaninya meninggalkan kejanggalan.
Baca: Polisi Periksa Pelatih Paskibraka Terkait Kematian Aurel
Baca: Robert Rene Alberts Beberkan Pemain yang Dibidik Persib Bandung di Bursa Transfer Putaran Kedua
Pasalnya orang tua Aurel menyatakan anaknya mendapat perlakuan di luar standard pelatihan dan kekerasan fisik dari mulai ditampar sampai disuruh memakan jeruk beserta kulitnya.
"Apakah sesuai rundown acara, apakah SOP dipatuhi, apakah ada pengawasan pihak yang memiliki kewenangan dan tanggungjawab, setelah kematian ananda AQA apakah ada evaluasi kegiatan pelatihan Paskibra kota Tangsel, dan lain sebagainya," terang Retno.
Retno mengatakan, pihaknya akan menyurati Wali Kota Tangsel, Airin Rachmi Diany, untuk memfasilitasi rapat koordinasi untuk mengevaluasi diklat Paskibraka dan mencari solusi agar tidak ada lagi "Aurel" selanjutnya.
"KPAI mengajukan usulan rapat koordinasi tersebut pada Selasa, 13 Agustus 2019 di kator Walikota Tangsel," jelasnya.
Rapat koordinasi akan didorong untuk mengundang OPD terkait di kota Tangsel, seperti Dinas Olahraga dan Pemuda beserta tim pelatih Paskibra Kota Tangsel, Dinas Pemberdayaaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), P2TP2A, dan Inspektorat Kota Tangsel.
Demi mewakili semua unsur, KPAI juga meminta rapat koordinasi tersebut dapat mengundang perwakilan Kemenpora RI, Dinas Pendidikan Provinsi Banten, dan SMA Al Azhar Tangsel serta orang tua Aurel.
KPAI Rilis Daftar Dugaan Kekerasan Fisik Pada Diklat Paskibraka Tangsel
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) serius mendalami kasus meninggalnya calon Paskibraka (Capaska) Tangerang Selatan (Tangsel), Aurellia Qurratu Aini, atau Aurel.
Seperti diberitakan TribunJakarta.com sebelumnya, Aurel meninggal pada masa pendidikan dan pelatihan (diklat) Paskibraka Tangsel.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti membuat rilis terkait meninggalnya Aurel dan sistem diklat yang digali dari keterangan orang tuanya, pada Selasa (6/8/2019).
Setidaknya ada enam poin dugaan kekerasan fisik dan kekerasan psikis yang dialami Aurel dan Capaska lainnya semasa pelatihan.
Pertama adalah, Aurel pernah mengatakan kepada orang tuanya bahwa dirinya pernah ditampar saat pelatihan.
Kedua, Aurel pernah diminta memakan jeruk beserta kulitnya.
"Hal ini tentu berpotensi membahayakan kesehatan pencernaan seorang anak," terang Retno.
Ketiga adalah soal push up kepal yang dilakukan Aurel dan teman-temannya karena timnya dihukum. Hal itu menbuat luka di pergelangan tangannya.
"AQA mengaku diminta mengisi buku diary setiap hari, ditulis tangan, dijadikan PR yang harus dikumpulkan setiap pagi, harus ditulis berlembar-lembar pula," terangnya di poin keempat.
Buku harian yang sudah ditulis itu disobek pihak pelatih lantaran empat orang dari tim Aurel ada yang tidak mengumpulkan.
"Lalu diperintahkan untuk menulis kembali dari awal dengan tulisan tangan, hal ini sempat dikeluhkan AQA karena dia sangat kelelahan menulis kembali diary yang disobek oleh seniornya tersebut," jelas Rrtno di poin ke lima.
Terakhir adalah, Aurel dan kawan-kawannya sesama Capaska diminta untuk berlari keliling lapangan sambil menggendong tas ransel berat yang berisi 3 kilogram pasir, 3 liter air mineral dan 600 mililiter teh manis.
"Kekerasan dalam bentuk apapun dan dengan tujuan apapun tidak dibenarkan. Kekerasan tidak diperkenankan juga meski dengan alasan untuk mendidik dan mendisiplinkan," tegasnya.
Bagi Retno, kekerasan fisik tidak ada hubungannya dengan ketahanan fisik.
"Jadi sulit dipahami akal sehat ketika pasukan pengibar bendera dilatih dengan pendekatan kekerasan dan bahkan dilatih ketahanan fisik dengan berlari membawa beban berat di punggungnya, apalagi anggota Paskibra tersebut semuanya masih usia anak," tegasnya.
Aurel Banggakan Sosok Ini Latih Paskibra Tangsel
Siapa sebetulnya pelatih Paskibra yang disenangi Paskibra Tangerang Selatan Aurellia Qurratu Aini? Kini sudah terungkap.
Mendadak tubuh gadis yang akrab disapa Aurel ini ambruk di rumahnya pada Kamis (1/8/2019) bakda Subuh dan meninggal di rumah sakit.
Malamnya, sang nenek merayakan ulang tahun dan semua anggota keluarga besar hadir termasuk Aurel, dara cantik sapaan akrab Aurellia.
Kematiannya disambut duka bukan hanya keluarga besar tapi juga Benyamin Davnie, Wakil Wali Kota Tangsel.
"Kami sekeluarga melihat ada yang berbeda dari Aurel," ujar Romi saat dijumpai WartaKotaLive.com di rumah duka di Perumahan Taman Royal 2, Cipondoh, Kota Tangerang, Kamis (1/8/2019) malam.
Aurel tercatat sebagai murid Kelas XI MIPA 3, SMA Islam Al Azhar BSD, Tangsel.
Aurel sosok yang diunggulkan selama pendidikan dan pelatihan Paskibraka Tangsel dan salah satu kandidat kuat pembawa baki pada upacara peringatan kemerdekaan saat 17 Agustus 2019.
"Saya sangat bersedih ketika mengetahui bahwa almarhum adalah anak yang aktif, ceria dan tidak pernah sakit selama mengikuti diklat Paskibraka," ucap Benyamin.
"Malah almarhum dijagokan oleh senior dan teman seangkatannya untuk membawa bendera kebanggaan rakyat Indonesia," ujar Benyamin.
Ia belum mengetahui penyebab Aurel meninggal.
"Tidak ada sebab sakit, almarhum meninggal husnul khotimah Insya Allah," doa wakil Airin Rachmi Diany ini.
Ucapan duka turut Benyamin sampaikan melalui Instagram pribadinya di akun @benyamindavnie, juga sejumlah foto Aurel dan suasana rumah duka.
Pucat Sejak Rabu Malam
Meninggalnya Aurel secara mendadak dirasa sangat janggal oleh pihak keluarga, seperti dituturkan Romi, paman Aurel.
Romi bercerita pada Rabu malam keluarga kumpul di rumah untuk merayakan ulang tahun nenek.
Wajah Aurel malam itu terlihat pucat. "Pucat banget, seperti kelelahan. Padahal dia (Aurel) tidak memiliki riwayat penyakit," ucap dia.
Tubuhnya pun tampak lemas. Aurel saat tak ceria seperti biasanya.
Aurel mengaku tak menyampaikan keluhan apa-apa kepada keluarganya. Malam itu Romi dan lainnya menganggap Aurel hanya lelah karena ikut paskibra.
Pagi Subuh keluarga panik mendapati Aurel ambruk. Menurut pihak rumah sakit Aurel sudah meninggal.
Kematian Aurel yang masih misteri mendorong pihak keluarga meminta Dinas Pendidikan dan Pemuda Olahraga untuk mengusut kasus ini.
"Saya minta kepada Dispora Tangsel usut kasus ini," beber Romi.
Romi meminta agar Pemkot Tangsel menindak dugaan kekerasan dialami Aurel, karena ada luka lebam di tubuhnya.
"Kalau tidak ditangani masalah ini, kami berencana melaporkan kepada pihak berwajib," kata Romi.
Ngaku Dipukuli Senior
Setelah kematiannya, perlahan terungkap sejumlah fakta yang mengejutkan keluarga di balik aktivitas Aurel yang padat selama mengikuti paskibra.
Atarisa, yang terpaut dua tahun di bawahnya mulai bercerita tentang kakaknya, Aurel.
"Dia cerita ke adiknya, katanya dipukuli oleh seniornya di Paskibra. Tubuhnya juga lebam-lebam," beber Romi.
Selain Romi, Indra menangkap kejanggalan di balik kematian keponakannya, Aurel.
Terungkap selama menjalani latihan Paskibra, Aurel melewatinya dengan sangat keras. Hal itu Aurel ceritakan kepada keluarga.
"Di Tangsel itu latihannya mengenal sebutan latihan cincin, yaitu push up di aspal dengan cara tangan mengepal. Sehingga jari-jari cincin tangan menghitam," ujar Indra.
Indra terperanjat dengan pengakuan Aurel. Baginya latihan tersebut tak lazim dengan kegiatan Paskibra selama ini.
"Saya juga Paskibraka. Keluarga kami Paskibra. Ayah dan ibu Aurel juga Paskibra, tapi latihannya tidak sekeras itu," papar Indra.
Diary Merah Putih Saksi Bisu
Meninggalnya Aurel memiliki hubungan dengan buku Diay Merah Putih, tempat ia menuangkan segala pengalamannya di paskibra selama ini.
Diary Merah Putih menjadi saksi bisu sekaligus kenangan terakhir Aurel yang hancur dirobek oleh seniornya di Paskibra.
Di malam selesai mengikuti pesta ulang tahun sang nenek, Indra melihat Aurel sangat pucat dan tampak begitu lelah.
"Dia menulis di buku diary sampai jam satu dini hari. Dia menulis dari awal sampai akhir di buku diary yang barunya itu, karena yang lama punya dirobek oleh seniornya di Paskibra," ucap Indra.
Indra sempat membaca goresan tangan terakhir keponakannya di buku Diary Merah Putih.
Alasan Aurel menyebut judul buku Diary Merah Putih karena selama ini memang mencintai dunia Paskibra.
Keluarga besar Aurel hampir semuanya pernah terlibat dan menjadi anggota Paskibra. Begitu juga dengan ayah dan ibu Aurel.
"Dalam tulisannya itu ini latihan terakhir di Paskibra. Mungkin itu firasat dari keluarga kami yang mengartikan," papar Indra.