Lampu kendaraan sesekali menyorot ke arah para penjual yang tertidur pulas itu.
Penjual ketupat asal Pandeglang, Henrik (48) mengatakan ia sering berjualan di Pasar Lenteng Agung jelang Idul Adha maupun Idul Fitri.
Henrik dan penjual lainnya rela tidur di pinggir jalan beralaskan terpal berhari-hari demi mendapatkan untung.
"Kita tidur di pinggir jalan. Semua penjual di sini. Kan ini musim kemarau, beruntung enggak hujan," terangnya.
Terlihat salah satu temannya tergeletak tidur pulas di sampingnya.
"Dia udah seharian nganyam, ngantuk langsung tidur di situ. Kita di sini tidur rame-rame," ujar Henrik.
Sejak hari Rabu, lanjut Henrik, mereka tidur di pinggir jalan itu.
Pasalnya, sebagian besar dari penjual musiman langsung datang dari kampung mereka berasal ke pasar.
"Karena kita langsung dari Pandeglang, teman-teman saya juga banyak dari sana yang bekerja di sini. Jadi setelah Idul Adha kita balik lagi ke kampung," terang pria yang dulunya sebagai tukang daging itu.
Modal Rp 400 Ribu, Untung Rp 2 Juta dalam 4 Hari
Biasanya, empat hari sebelum hari H, para penjual sudah mulai menganyam ketupat di pinggir jalan itu.
Henrik biasanya membawa 2.000 daun kelapa yang ia anyam sendiri selama empat hari itu.
Setiap berjualan ketupat, ia harus menyiapkan uang sebesar Rp 150 ribu untuk membeli daun kelapa.
Namun, ditambah juga dengan uang pengiriman daun kelapa dari Pandeglang ke Pasar Lenteng sebesar Rp 150 ribu.