"Tapi untuk jaga-jaga saya siapkan Rp 400 ribu modal awal," ungkapnya.
Ia pun menjual seharga Rp 1.000 per ketupat.
Namun, ketupat harus dibeli satu ikat berisi 10 buah ketupat.
"Kemarin sudah ada yang beli. Ya empat hari jualan selalu habis kalau saya. Berarti dapat Rp 2 juta," ungkapnya.
Diusir Satpol PP
Selama berjualan di pinggir jalan, para penjual juga tak terlepas dari perhatian Satpol PP.
Mereka disuruh pindah dari tempatnya berjualan di pinggir jalan.
"Kemarin kita diusir sama Satpol PP, disuruh pindah jualannya ke dalam. Kita tetap kucing-kucingan," ungkapnya.
Bahkan, salah satu temannya harus merelakan daun kelapa disita oleh petugas.
Lain hal dengan Henrik, Doli harus merogoh kocek sebesar Rp 30 ribu untuk pungutan liar di sana.
"Per orang kenanya segitu, sebelumnya sih belum ya baru kali ini aja," katanya.
Kendati demikian, Doli maupun Henrik tetap berjualan di sekitar pasar itu demi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
"Tapi tiap tahun pasti saya datang lagi buat dagang beginian, setahun dua kali saya ke sini," kata Doli.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Kisah Penjual Ketupat di Pasar Lenteng, Untung 500% hingga 4 Hari Tidur di Pinggir Jalan,